Menyinggung soal serangan hoax dan SARA yang sangat kental belakangan ini, dianggap merupakan mainan sejumlah pihak yang belum matang secara pengetahuan politiknya.
“Kalau kapabilitas calonnya bagus, program yang dijanjikan sangat merakyat dan menarik, kenapa harus menjual isu hoax dan SARA. Sejujurnya mereka merasa putus asa dan tidak percaya diri, itu budaya yang kurang bagus. Dan itu yang harus dihapuskan,” tegasnya.
Menurut Faiz Zawahir, mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia, seharusnya pesta demokrasi disambut dengan sukacita, karena mengandung unsur pesta yang dirayakan rakyat.
“Rakyat sedang berpesta, mereka akan menentukan imam yang baik bagi mereka. Kontestan harus sadar, mereka perlu mengedepankan azas profesionalisme,” katanya.
Melihat kontestasi Pilpres 2019 kali ini, diakuinua bukan pertarungan yang menarik untuk diikuti, terutama oleh mereka generasi milenial.
“Terlalu banyak isu SARA dan hoax, terutama di sosial media. Itu menandakan pertarungan tidak bergerak pada pertarungan gagasan. Seharusnya mengedepankan ideologi kebangsaan, ikatan sosial tidak dijalankan dengan baik,” ucapnya.