POJOKBANDUNG, JAKARTA – Langkah kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendirikan posko pemenangan di Jawa Tengah merupakan hal yang wajar. Namun demikian, ambisi untuk mengalahkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Jateng harus ditahan lebih dulu.
Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyarankan agar kubu Prabowo-Sandi mengamankan lebih dulu basis pemilih di daerah-daerah yang masih loyal. Baru setelah itu, membidik pemilih yang belum menentukan pilihan dan dab pemilih mengambang.
“Baru setelah itu menggempur basis pemilih lawan” ujar Karyono, Selasa, (1/1)
Dari konteks strategi kata Karyono, Ide mendirikan posko-posko di basis lawan merupakan strategi normatif tapi belum tentu efektif. Pasalnya, kata dia, justru strategi tersebut dengan mudah terbaca oleh lawan.
Dampaknya, membuat kubu lawan malah bersiap diri dan merapatkan barisan untuk membentengi serangan.
“Oleh karena itu, saya menduga strategi tersebut sekadar shock therapy yakni memberikan efek kejut dan mengganggu psikologi lawan politik,” ujarnya.
Menurutnya, secara umum dapat dilihat bahwa agenda pemindahan markas BPN ke Jateng adalah bagian dari strategi besar (grand strategy) kubu Prabowo-Sandiaga untuk menggempur basis pertahanan Jokowi-Ma’ruf Amin di Jateng yang notabene merupakan ‘kandang banteng’ dan nahdliyin.
Selain itu, kata dia, Pulau Jawa merupakan kunci kemenangan karena jumlah pemilih terbesar ada di Pulau Jawa.
“Mungkin strategi pemindahan markas BPN tersebut bertujuan untuk menambah dukungan suara Prabowo-Sandi karena mereka menyadari elektabilitas pasangan capres nomor urut 02 tersebut masih sangat rendah di Jawa Tengah,” kata dia.
Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyarankan agar kubu Prabowo-Sandi mengamankan lebih dulu basis pemilih di daerah-daerah yang masih loyal. Baru setelah itu, membidik pemilih yang belum menentukan pilihan dan dab pemilih mengambang.
“Baru setelah itu menggempur basis pemilih lawan” ujar Karyono, Selasa, (1/1)
Dari konteks strategi kata Karyono, Ide mendirikan posko-posko di basis lawan merupakan strategi normatif tapi belum tentu efektif. Pasalnya, kata dia, justru strategi tersebut dengan mudah terbaca oleh lawan.
Dampaknya, membuat kubu lawan malah bersiap diri dan merapatkan barisan untuk membentengi serangan.
“Oleh karena itu, saya menduga strategi tersebut sekadar shock therapy yakni memberikan efek kejut dan mengganggu psikologi lawan politik,” ujarnya.
Menurutnya, secara umum dapat dilihat bahwa agenda pemindahan markas BPN ke Jateng adalah bagian dari strategi besar (grand strategy) kubu Prabowo-Sandiaga untuk menggempur basis pertahanan Jokowi-Ma’ruf Amin di Jateng yang notabene merupakan ‘kandang banteng’ dan nahdliyin.
Selain itu, kata dia, Pulau Jawa merupakan kunci kemenangan karena jumlah pemilih terbesar ada di Pulau Jawa.
“Mungkin strategi pemindahan markas BPN tersebut bertujuan untuk menambah dukungan suara Prabowo-Sandi karena mereka menyadari elektabilitas pasangan capres nomor urut 02 tersebut masih sangat rendah di Jawa Tengah,” kata dia.
Dia menilai BPN Prabowo-Sandi ingin memperkecil kekalahan saja di Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur yang menjadi basis Jokowi-KH. Ma’ruf Amin. Sedangkan di Jawa Barat, kubu Prabowo mungkin sudah merasa aman.
“Padahal belum tentu juga. Karena berdasarkan sejumlah hasil survei terbaru, elektabilitas dua pasangan capres posisinya bisa dibilang imbang,” kata dia.