Nico Siahaan Bilang Budaya Bisa Tangkal HOAX

Anggota Komisi X DPR RI, Nico Siahaan pada Pertunjukan Rakyat Bandung Margondang di Jalan PH. Mustopa, Kota Bandung, Minggu (4/11). (Azzis Zulkhairil/Radar Bandung)

Anggota Komisi X DPR RI, Nico Siahaan pada Pertunjukan Rakyat Bandung Margondang di Jalan PH. Mustopa, Kota Bandung, Minggu (4/11). (Azzis Zulkhairil/Radar Bandung)

POJOKBANDUNG.com – BANDUNG – Keberagaman budaya dan seni di Indonesia dapat menjadi pemersatu ditengah tahun politik, yang banyak muncul isu yang perpecahan. Sehingga setiap budaya dapat berkolaborasi, dalam rangka mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan di masyarakat.

Hal itu disampaikan Anggota Komisi X DPR RI, Nico Siahaan pada Pertunjukan Rakyat Bandung Margondang di Jalan PH. Mustopa, Kota Bandung, Minggu (4/11).

Nico menjelaskan, budaya dan kesenian tradisional dapat saling dikolaborasikan, dengan tujuan menjadi alat pemersatu di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Sehingga tidak hanya eksklusif bagi budaya atau suku tertentu saja.

“Budaya dapat dikolaborasikan, seperti contohnya musik Sunda tapi mengiringi tarian Batak atau sebaliknya. Maka tujuannya naik kelas, bukan hanya sekedar melestrikan tapi juga pemersatu bangsa, terutama generasi muda,” ujarnya.

Menurutnya, kolaborasi antara setiap budaya tidak terbatas, dan tidak hanya dari musik atau tarian saja. Lebih jauh, juga dalam memperkenalkannya kepada generasi muda untuk lebih kenal dan bangga akan budayanya.

“Ditengah tahun politik yang sebentar lagi diadakannya pemilihan umum, maka banyak isu yang bertujuan untuk memecah belah bangsa ini. Maka dengan kolaborasi budaya ini, dapat menjadi salah satu sarana untuk menangkalnya,” ungkapnya.

Nico mengatakan, bahwa budaya merupakan identitas dari setiap suku yang ada di Indonesia, maka perlu didorong generasi muda agar untuk ikut melestarikan. Namun, bukan hanya diperkenalkan tapi juga ikut diajak dalam setiap hal terkait kebudayaan dan kesenian.

“Kita ajak anak muda untuk lebih banyak berperan, sehingga bukan hanya sebagai objek saja. Karena bagaimana kita melihat bagaimana generasi muda yang menjadi objek pada tahun politik, yang akhirnya cenderung apatis,” kata dia.

Disinggung kesadaran generasi muda atau milenial akan kebudayaan di Indonesia, menurut Nico, hal tersebut tidak dapat ketahui dengan pasti. Tapi yang terpenting bagaimana para anak muda tersebut, ikut berpartisipasi dalam melestarikan dan menjaga budaya.

“Dibilang kenal bisa, dibilang seberapa dalam mengenalnya tidak ada yang tahu. Satunya cara adalah tidak menghakimi tapi merangkul para generasi muda ini,” sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kominfo, Gungun Suswandi menilai melalui kebudyaan maka dapat  mewujudkan persatuan. Terlebih ditengah era informasi, yang banyak bertebaran berita negatif atau hoax.

Diakuinya dengan Indonesia yang kini tengah memasuki abad informasi, maka pengaruhnya semakin besar ditengah kehidupan masyarakat.

Namun tidak jarang informasi yang diterima, bersifat hoax, tanla fakta, bahkan mengadu domba.

“Dengan kebudayaan yang bersatu  maka dapat menghadapi berbagai isu hoax tersebut. Kita perkuat budaya hingga ke akarnya, termasuk dengan adanya kolaborasi,”pungkasnya.

(azs)

loading...

Feeds