POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Musim hujan, saatnya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) mengevaluasi kinerja mereka selama ini.
“Selama musim kemarau, kita kan melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dan menanggulangi banjir. Nah sekarang saatnya kita lihat apakah upaya yang kami lakukan selama ini efektif atau tidak,” ujar Kadis PU Kota Bandung, Arief Prasetya, kepada wartawan, Jumat (26/10).
Beberapa upaya yang dilakukan DPU untuk menanggulangi banjir adalah, menormalisasi sungai, pengangkatan sedimen, perbaikan kirmir dan drainase, serta membuat atau memperbesar saluran. Seperti yang dilakukan di Jalan Kebon Jukut, Stasiun Timur dan Jalan Perintis Kemerdekaan.
“Pada titik-titik itu, langganan banjir cileuncang,” tambah Arief.
Arief menerangkan, di Kota Bandung ada sekitar 68 titik banjir cileuncang.
“Namun, sudah kita perbaiki, setidaknya setengahnya,” tegasnya.
Disinggung kemungkinan ada titik baru banjir cileuncang, Arief mengatakan, dirinya belum bisa memberikan keterangan lengkap.
“Saat banjir pertama sih ada banjir baru, di perempatan Moh. Toha- Jalan Sukarno Hatta, karena adanya sedimentasi pada drainase sekitarnya,” terangnya.
Yang harus dipikirkan sekarang, lanjut Arief, adalah bagaimana agar banjir yang dicegah di Kota Bandung, tidak berimbas ke tempat lain. Pasalnya, ada kejadian, banjir di Kabupaten Bandung, ketika ada penanggulangan banjir di Pagarsih.
“Makanya, kita bangun danau retensi, untuk memarkir air. Sehingga air yang keluar bisa dialirkan sedikit demi sedikit,” paparnya.
Arief mengakui, untuk mengatasi banjir di Kota Bandung membutuhkan waktu puluhan tahun. Karena danau-danau yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda jaman dulu, kini sudah dipakai untuk membangun rumah.
“Bisa memang (mengatasi banjir,red) tapi perlu waktu lama,” pungkasnya. (mur)