POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Jaringan pengedar narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) saat ini ditengarai mulai promosi di media sosial (medsos). Penggunaan medsos oleh generasi muda diharapkan lebih dibatasi guna menghindari penyalahgunaan narkoba.
Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Ali Djohardi mengatakan, saat ini peredaran dan penyalahgunaan narkoba menjadi persoalan dunia. Narkoba telah dipromosikan agar laku dan banyak dikonsumsi masyarakat.
“Mereka promosi silent (diam-diam) dan itu cukup berhasil karena budget-nya besar. Salah satu cara yang dipakai promosi menggunakan media sosial. Pengaruh narkotika dimasukan melalui itu,” kata Ali.
Di Indonesia sendiri sudah dalam kategori bahaya narkoba. Pasalnya, setiap tahun pecandu narkoba meningkat.
Jumlahnya cukup mencengangkan yakni 5.000 orang pertahun menjadi pencandu barang haram tersebut.
“Kita juga harus akui, bahwa aparat kita masih bisa di suap, jadi wajar peyebaran di Indonesia masih luas. Dan bisnis ini bicara uang uang banyak,”kata Ali.
Ali mengatakan dari banyaknya jenis narkotika yang dilarang di Indonesia, Ganja dan Sabu menjadi primadona pengguna di kalangan remaja.
” Ganja menjadi primadona, lantaran semua pengguna awalnya dari ganja dulu,” terangnya.
Sedangkan untuk wilayah sebaran yang paling banyak untuk jenis Sabu, terang Ali di wilayah pulau Jawa, sedangkan untuk Ganja di wilayah Aceh. “Kalau narkotika jenis baru seperti PCC ada di pulau sumatra,” terangnya.
Selain itu, kata dia banyaknya peredaran narkotika di Indonesia lantaran banyaknya pelabuhan tikus yang bisa memasukan narkotika di Indonesia, seperti dari China, malayasa, Thailan dan India.
“Di Indonesia ada 3.000 lebih pelabuhan tikus yang tersebar di seleluruh Indonesia,” pungkasnya