Perkenalkan Angklung di Tingkat Internasional, Siswa Bandung Keliling Eropa

Syuhada menegaskan, persiapan panjang telah mereka lakukan untuk muhibah ini. Sejak satu tahunan lalu, hampir semua waktu senggang selalu mereka gunakan untuk berlatih, termasuk melatih sejumlah tarian tradisional yang rencananya akan mereka tampilkan.

Terlebih, sebuah perusahaan telah menjanjikan akan membiayai semua akomodasi perjalanan namun hasilnya nihil. Namun, hanya berselang seminggu sebelum keberangkatan, pihak sponsor yang awalnya setuju membiayai kebutuhan transportasi dan akomodasi mereka selama di Eropa tiba-tiba membatalkan janji mereka.

Kabar pembatalan sponsor itu tentu saja membuat mereka syok. Sebab, hampir mustahil mencari sponsor baru dalam waktu tersisa. Tapi, tak mau menyerah begitu saja, mereka pun bertekad terus mengusahakannya hingga detik-detik terakhir.

“Terlebih, kami juga sudah telanjur mengonfirmasi kedatangan kami kepada panitia. Beruntung, menjelang keberangkatan, ada sebuah bank yang bersedia membiayai keberangkatan kami meski hanya untuk tiket pesawat, pergi-pulang, Jakarta-Amsterdam,” bebernya.

“Kami dibantu banyak oleh Paguyuban Pasunda, CSR BJB dan Kedutaan Besar Bulgaria,” tutupnya.

Ditempat yang sama, Ketua Paguyuban Pasundan, Didi Turmudzi menjelaskan, dalam peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, membuat Paguyuban Pasundan ingin memperlihatkan betapa hebatnya warga Jawa Barat dalam melakukan unjuk kabisa.

“Ini sudah dibuktikan dengan adanya dua bidang yang berbeda yaitu tarian dan musik adat mampu mengibarkan bendera Indonesia ke mancanegara,” tegasnya.

Ia menegaskan, dengan memiliki nilai tambah Indonesia mampu hidup dengan berperan penting dalam berinteraksi antar budaya dengan bidang keseniannya. “Seni sering terpikirkan seringkali ketidakhirauan oleh beberapa pihak, padahal itu yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa,” tuturnya.

Didi mengaku gelisah saat mengetahui Tim Muhibah Angklung tiga hari sebelum berangkat mereka tidak memiliki uang karena batalnya beberapa sponsor. “Paguyuban kalau dadakan gak ada, jadi saya menggunakan tabungan pribadi dulu setelah itu baru mencari dana ke BJB dan akhirnya mendapatkan bantuan mereka,” pungkasnya.

(nda)

loading...

Feeds