Emak Ening terlihat begitu bahagia dan dan tak bisa menyembunyikan rasa harunya bernoslagia dengan Aki Amir dihadapan orang lain yang tertarik mendengarkan cerita cinta mereka.
Aki Amir yang tak bisa dipisahkan dari Mak Ening, tak berhenti melempar senyum dan tawa ringan menimpali cerita versi istrinya. Melihat mut atau peci yang dipakai, tergambar bagaimana gagahnya sosok Aki Amir saat muda dulu.
Tak ingin ada bagian perjalanan kehidupan pribadi yang berkesan bagi mereka terlewat, keduanya saling melengkapi cerita asmaranya hingga saat ini baginya sulit untuk dilupakan, lantaran harus berjuang ditengah penjajahan Belanda kala itu.
Singkat cerita, usai kunjungannya ke Tasikmalaya dan pertemuan pertama kali nan singkat dengan Aki Amir, pria yang kala itu masih berpangkat Kopral dengan berat hati mesti kembali ke Jogjakarta lantaran tugasnya mengawal Bung Karno.
Tali takdir seolah sudah merekatkan keduanya. Tak mau berpisah lama-lama, masih kata Mak Ening, Aki Amir kembali datang ke Tasikmalaya 4 tahun berselang atau pada tahun 1949, demi mencari wanita pujaannya, yang tak lain dan tak bukan ialah dirinya.
Murni karena rasa sayang dan rasa cinta yang ikhlas, meskipun Mak Ening saat itu hidup dalam keterbatasan, Aki Amir nekat melamar dan menikahi Mak Ening pada tahun 1949, di Kota Bandung.
“Sampai sekarang menikah, sudah punya anak 9 orang. Dapat surat nikah itu tahun 1950 dan hingga saat ini emak masih simpan surat nikahnya, masih ada disimpan di kamar,” katanya.