Berdasarkan analisis data Twitter terkait cuitan dengan dua tagar itu, Poltara menyimpulkan bahwa kedua kubu terus gencar membuat opini kepada masyarakat menjelang Pilpres 2019.
Visualisasi SNA telah memperlihatkan, interaksi antara kedua kubu terus bergulir, melalui masing-masing influencers yang sama-sama berperan aktif. Namun, lagi-lagi kelompok kontra masih mendominasi.
Bahkan, untuk lima influencers teraktif dari kedua kubu, empat akun di antaranya muncul dari kelompok #2019GantiPresiden.
“Artinya, aktivitas dari influencers yang menginginkan adanya pergantian presiden di tahun 2019 benar-benar disuarakan secara masif, konsisten, dan memiliki reaksi yang cepat melalui linimasaTwitter,” katanya.
Ia menambahkan, pendukung Joko Widodo mengeluarkan banyak hashtag serupa di sepanjang bulan Juli. Poltara mencatat, ada sekitar 10 varian hashtag yang bermunculan demi melakukan counter terhadap #2019GantiPresiden, namun upaya itu belum membuahkan hasil jika dilihat dari indikator cuitan.
Merujuk kepada intensitas dan dinamika dari masing-masing kubu dalam membicarakan Pilpres 2019, hal yang dapat digaris-bawahi adalah masing-masing kelompok (baik pro maupun kontra) akan terus mencari strategi dalam menggiring wacana politik di media sosial.
“Peperangan hashtag akan terus berlanjut apabila nama-nama Capres dan Cawapres diumumkan nantinya,” katanya.
“Namun, wacana isu yang dimainkan oleh masing-masing kubu nantinya akan sedikit berbeda sesuai dengan latar belakang dan momentum dari kedua Paslon (atau bahkan lebih) yang akan berkompetisi,” pungkasnya.