POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Peranan Akademik Bisnis dan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas industri keramik Indonesia sangat perlu ditingkatkan. Namun ironisnya, justru saat ini kondisi industri keramik Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan kondisi yang ada negara negara maju seperti Italia atau Perancis.
Melalui PLT Balai Besar Keramik Teddy Caster Sianturi, sebelumnya Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto pernah mengungkapkan kepada dirinya, bahwa ekonomi Indonesia sebetulnya telah bertumbuh enam kali lipat dalam kurun waktu 17 tahun dan mencapai angka lebih dari US$ 1 triliun pada tahun 2017, serta telah berhasil berubah dari ekonomi berbasis sumber daya alam menjadi ekonomi yang berbasis sektor yang lebih bernilai tambah.
Dengan adanya perubahan menuju ekonomi berbasis jasa, lanjut Teddy berbicara, kontribusi industri manufaktur Indonesia menurun menjadi 22 persen pada tahun 2016 setelah sebelumnya mencapai titik tertinggi sebesar 26 persen pada tahun 2001.
Ini diperkirakan akan terus menurun pada tahun 2030 jika tidak dilakukan intervensi apapun. Di lain pihak, populasi usia produktif diperkirakan akan bertambah sebanyak 30 juta orang pada tahun 2030, sehingga akan menjadi penting bagi pemerintah untuk membuka lahan pekerjaan bagi mereka.
“Penerapan 4IR membuka peluang untuk merevitalisasi kembali industri manufaktur kita, meningkatkan produktifitas pekerja, mendorong ekspor netto, serta membuka sekitar 10 juta lapangan pekerjaan tambahan yang akan menjadi landasan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk menuju 10 ekonomi terbesar di dunia,” tutur dia saat seminar nasional Keramik ke XVI yang juga dihadiri oleh senior Recearcher – CNRS dari Perancis, Sophie Guellemet – Fritsch di Hotel Crown, Kota Bandung (25/7/2018).
Didampingi mantan Kepala Balai Besar Keramik yang kini menjadi dosen,Supomo, Teddy memaparkan Seminar ini merupakan acara rutin Balai keramik Setiap tahun dan diharapkan melalui acara ini akan muncul gagasan dan inovasi baru terkait dengan strategi pemerintah saat ini.sementara Supomo optimis industri keramik Indonesia masih terus berkembang meskipun masih harus berjuang karena tingginya harga gas yang merupakan salah satu komponen utama dalam produksi.
Pada kesempatan itu pula Teddy selaku pelaksana Tugas Balai Besar Keramik menandatangani MOU dengan pihak Asosiasi Kaca Lembaran & Pengaman (AKLP) yang diketuai Yustinus Harso Gunawan dan PT Triguna Pratama Abadi yang dipimpin oleh Ade Priadi.