Tiap 20 Tahun Muncul Juara Baru Piala Dunia, Sekarang Giliran Kroasia?

Luka Modric.Foto:marca

Luka Modric.Foto:marca

POJOKBANDUNG.com, MOSKOW – Timnas Kroasia butuh dua dekade untuk memperbaiki prestasi di Piala Dunia.

Setelah era Davor Suker dkk menembus semifinal dan finis di posisi ketiga di PD 1998, kini dinasti Luka Modric cs sukses melenggang ke partai puncak dan minimal finis di posisi runner-up.

Kemenangan dengan skor 2-1 atas Inggris, Kamis (12/7) kemarin memang terasa emosional. Victory bagi Kroasia datang setelah melakoni extra-time buat yang ketiga kalinya sepanjang turnamen.

Dalam wawancara dengan ITV, Modric mengungkapkan uneg-uneg-nya. Apalagi jelang semifinal lawan Inggris, banyak pihak yang memandang enteng Kroasia.

“Kami membuktikan satu hal yang sangat bertolak belakang dari yang dipikirkan orang-orang. Terutama jurnalis dan pundit Inggris yang mengatakan kami akan kelelahan akan tetapi omong kosong itu sama sekali tak terbukti,” tutur Modric.

Pemain 32 tahun itu membaca dari semua media yang ditemukannya kalau Kroasia akan fisik melemah dan Inggris yang akan melaju. Gara-gara itu Modric kemudian terlecut membuktikan kalau prediksi itu salah.

Bek Kroasia Sime Vrsaljko juga jengah dengan kabar kalau dirinya yang akan absen di laga semifinal kemarin. Vrsaljko diisukan absen karena mengalami cedera di lutut kiri ketika menghadapi Rusia di babak perempat final 8 Juli lalu.

“Saya kira mereka (media Inggris, red.) seharusnya lebih ramah dan menaruh respek kepada tim kami. Kini kami membuktikan siapa yang lolos ke final,” kata bek Atletico Madrid itu.

Jelang final ini muncul beberapa spekulasi tentang kans juara Kroasia di Piala Dunia ini. Four Four Two kemarin menuliskan ada alasan-alasan mengapa Kroasia punya peluang yang lebih besar dari Prancis.

Pertama yakni faktor kematangan skuat. Dibandingkan skuad Prancis yang didominasi pemain muda maka pasukan Kroasia jauh lebih siap. Prancis punya rata-rata usia 26,1 tahun. Sedangkan Kroasia 28 tahun.

Yang selanjutnya memang agak berbau utak-atik. Yakni lahirnya juara baru setiap 20 tahun sekali. Terhitung sejak 1958 di mana juara dunia adalah Brasil, maka per dua dekade akan muncul juara baru.

Setelah 1958, 20 tahun kemudian atau 1978 muncullah Argentina yang untuk pertama kalinya juara. Selanjutnya pada 1998, Prancis mengangkat trofi pertama kalinya di tanah sendiri.

“Tahun ini giliran kami. Kami sudah menantinya hampir sepanjang umur kami,” kata jurnalis Kroasia Davor Petrovic ketika diwawancara Four Four Two kemudian tertawa.

Di sisi lain, SB Nation kemarin menuliskan majunya Kroasia ke final Piala Dunia membuatnya sebagai negara dengan luas geografis terkecil kedua setelah Belanda yang bisa masuk partai puncak. Kroasia memiliki luas sekitar 56 ribu kilometer persegi. Dan Belanda 41 ribu kilometer persegi.

Dari rekam jejak negeri-negeri yang pernah masuk final Piala Dunia, maka Brasil adalah negara terluas yang melangkah ke partai puncak dan jadi juara. Brasil punya luas area mencapai sekitar tiga juta kilomemeter persegi.

 (dra/jpnn/pojokbandung)

Parade Final Piala Dunia

Tuan Rumah Tahun Juara Runner-up Skor final

Uruguay 1930 Uruguay Argentina 4-2

Italia 1934 Italia Cekoslowakia 2-1 (perpanjangan waktu)

Prancis 1938 Italia Hongaria 4-2

Jerman Nazi 1942 Batal, Perang Dunia II

Brasil 1946 Batal, Perang Dunia II

Brasil 1950 Uruguay Brasil 2-1 (*)

Swiss 1954 Jerman Barat Hongaria 3-2

Swedia 1958 Brasil Swedia 5-2

Chile 1962 Brasil Cekoslowakia 3-1

Inggris 1966 Inggris Jerman 4-2 (perpanjangan waktu)

Meksiko 1970 Brasil Italia 4-1

Jerman Barat 1974 Jerman Barat Belanda 2-1

Argentina 1978 Argentina Belanda 2-1

Spanyol 1982 Italia Jerman Barat 3-1

Meksiko 1986 Argentina Jerman Barat 3-2

Italia 1990 Jerman Barat Argentina 1-0

Amerika Serikat 1994 Brasil Italia 0-0 (3-2 ap)

Prancis 1998 Prancis Brasil 3-0

Korea & Jepang 2002 Brasil Jerman 2-0

Jerman 2006 Italia Prancis 1-1 (5-3 ap)

Afrika Selatan 2010 Spanyol Belanda 1-0 (perpanjangan waktu)

Brasil 2014 Jerman Argentina 1-0 (perpanjangan waktu)

Rusia 2018 ?

Qatar 2022 ?

*=Tidak ada pertandingan final resmi pada edisi 1950. Juara turnamen ditentukan melalui babak final dengan sistem round-robin yang diikuti empat tim yakni Uruguay, Brasil, Swedia dan Spanyol. Tanpa sengaja, satu dari dua pertandingan terakhir melibatkan dua tim berperingkat tertinggi, di mana Uruguay menang 2–1 atas Brasil, sehingga dianggap sebagai pertandingan final edisi 1950.

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …