Lebih lanjut pria yang akrab disapa Aher ini menjelaskan, dari total jumlah kursi partai pengusung Asyik, yakni Gerindra, PKS, dan PAN, Asyik sudah mengantongi modal 27 persen suara.
“Dari PKS, Partai Gerindra, PAN, total memiliki 27 kursi di DPRD Jawa Barat dari total kursi di DPRD Jawa Barat sebanyak 100 kursi. Artinya, Asyik sudah memiliki 27 persen (suara) sebagai modal dasar,” terangnya.
“Itu belum ditambah irisan PPP Djan Farid dan PBB (pendukung Asyik) yang akan menarik berbagai segmen suara, termasuk yang sebelumnya tidak pernah nyoblos ditambah suara dari para relawan,” ia menambahkan.
Potensi suara pendukung Asyik pun disebut bersifat laten. Menurutnya, variabel laten tersebut belum teraba oleh lembaga survei
“Ada pemilih yang jelas-jelas akan memilih pasangan Asyik belum teraba oleh survei. Survei tidak berhasil merabanya, padahal suaranya ada dan suara tersebut kita pastikan sudah memilih pasangan Asyik,” tegasnya.
Mengacu pada pengalaman di Pilgub Jabar 2008 dan 2013 lalu, kata Aher, hasil survei berbanding terbalik dengan hasil pencoblosan.
Aher yang berpasangan dengan Dede Yusuf di Pilgub Jabar 2008 dan berpasangan dengan Deddy Mizwar di Pilgub Jabar 2013 akhirnya dinyatakan sebagai pemenang, meskipun hasil survei di kedua pilgub itu dinyatakan kalah.
“Insya Allah, mudah-mudahan fenomena itu terulang kembali pada 2018. Boleh jadi Asyik kalah dalam survei, namun menang dalam pilkada, Insya Allah,” pungkasnya.
(azs)