POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Pasca ditinggal sejumlah kader Partai Hanura, beberapa alat peraga kampanye (APK) pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) tak mencanumkan logo partai pengusung, di antaranya Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Termasuk partai pendukung seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Publik pun mempertanyakan soliditas partai pendukung pasangan nomor urut satu ini pada Pilgub Jabar 2018.
Menurut pengamat politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf, sebenarnya pencantuman logo partai pengusung dan pendukung bukan persoalan besar. Hal tersebut sangat bergantung pada kesepakatan masing-masing partai dalam menjalani tahapan Pilgub Jabar 2018. Namun sangat disayangkan, momentum politik tersebut disia-siakan kalau memang diperkenankan tidak ada pencantuman logo partainya.
“Tergantung kesepakatan partai, ketika tampil di ruang publik bisa muncul atau tidak. Tetapi etikanya tampilkan. Kalau partai tak keberatan, ini menjadi sunat bagi pasangan Rindu. Jangan sampai partai ini hanya dianggap rental,” kata Asep, Senin (28/
Asep menyatakan, ada kemungkinan terjadi kesalahan teknis oleh tim pemenangan Rindu. Selain bagian strategi pemenangan, bisa jadi tidak adanya logo partai ini bentuk kesengajaan demi strategi meraih dukungan publik.
“Atau memang partai pengusung tidak terlalu signifikan karena yang penting itu program atau tokoh yang diusung. Partai tidak memiliki pengaruh terhadap pemenangan. Makanya Rindu memilih tidak ada logo partainya. Ini jadi pertanyaan besar,” paparnya.
Asep juga menilai, bisa saja pasangan Rindu tak ingin kehilangan suara pemilih yang bukan pendukung Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019 nanti. Bukan rahasia jika seluruh partai pengusung RIndu merupakan pendukung pemerintahan sekarang.
“Ini semacam memberikan motivasi kepada publik bahwa Emil tidak secara langsung berkorelasi ke Jokowi, Makanya partai tidak dimunculkan dulu. Banyak kok yang menyukai RIdwan Kamil, tetapi bukan pendukung Jokowi. Jadi ini strategi pemenangan dan partai sudah diberitahu demi kenyamanan bersama,” jelasnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar mengatakan, bukan keharusan bagi pasangan calon kepala daerah memasang logo partai pengusung atau pendukung. Hal tersebut sangat bergantung pada kesepatan saat mencalonkan si tokoh.
“Jadi tinggal keikhlasan partainya. Dalam PKPU menyampaikan bahwa logo partai boleh dipasang, sejauh parai pengusung dan tim sukses atau pemenangannya. Cuma implikasinya partai tidak mendapatkan popularitas memadai, mendapat perhatian masyarakat, atau tidak meningkatkan nilai jual pada pemilu nanti,” kata Idil.
Idil menilai, strategi pasangan RIndu tidak memasang logo partai menjadi pertanyaan besar dalam tahun politik seperti sekarang. Dirinya sangat yakin ada kesepakatan pemasangan logo partai dari partai pendusung.
“Saya menangkapnya, terkesan tidak ingin kehilangan suara dari suara non Jokowi. Padahal sebuah resiko ketika pasangan Rindu diusung partai pendukung Jokowi,” ucapnya.
Terpisah, Ridwan Kamil menegaskan tidak ada konfrontasi antara dirinya dengan gabungan partai pengusung.
“Di beberapa APK yang dibuat oleh partai, ada kok logo partainya. Cuma yang dibuat oleh relawan Rindu (Ridwan Kamil-Uu) memang tidak ada,” kata Emil di sela kunjungannya ke Pasar Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Senin (28/5/2018).
Menurutnya, perbedaan itu bukan masalah berarti untuk mengantarnya menjadi Gubernur Jabar 2018-2023. Dia juga menampik adanya keengganan mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019 mendatang.
Sudah jadi rahasia umum jika, empat partai politik pengusung Emil-Uu, PPP, Nasdem, PKB dan Hanura kemungkinan besar masuk gerbong yang akan mendukung Joko Widodo dalam Pilpres 2019.
“Tidak ada masalah. Kalau APK yang dibuat oleh relawan Rindu itu kan diwarnai dengan kreativitas mereka. Di dalam koalisi juga baik-baik saja. Tidak ada masalah,” tegasnya. (*/nto)