Aher mengatakan, tidak akan mungkin ada keberlanjutan bisnis di DAS Citarum tanpa memperbaiki nilai air di Sungai tersebut begitu pun sebaliknya. Menurutnya, orientasi profit dengan meningkatkan perbaikan nilai air justru akan menimbulkan kerugian.
“Sebetulnya perbaikan nilai air itu berguna untuk kebutuhan masyarakat dan industri,” kata Aher.
Ia mencontohkan dengan kondisi Sungai di kawasan Korea Selatan yang bernama Sungai Han. Ia menerangkan, dulu Sungai Han di Korea itu kondisinya sekotor Citarum. Namun, dalam beberapa tahun telah berubah menjadi destinasi wisata dan sumber air yang baik bagi rakyat Korea.
Ia menjelaskan, hal tersebut bisa saja terwujud karena adanya gerakan bersama dari pihak pemerintah, masyarakat, akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan juga para pelaku bisnis. “Di Jabar ini, mari kita bangun paradigma baru tentang Sungai Citarum,” ujarnya.
Aher menjelaskan, paradigma baru itu adalah, tidak menebang pohon di hulu, tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai, tidak membuang limbah industri ke sungai dan berbagai usaha lainnya untuk menjaga kondisi lingkunga di DAS Citarum tersebut. “Mari diawali dengan tidak membuang apapun ke sungai,” ujarnya.
Menurutnya, paradigma baru ini diperlukan dukungan semua pihak. Sebab, Pemprov Jawa Barat sudah memikirkan Citarum sejak 2008, namun tidak ada dukungan dari para stake holder.
“Tidak bisa hanya Pemprov saja, semua pihak harus terlibat. Badan otorita ini yang akan mengkomandoi perbaikan nilai air Citarum. Badan inilah yang akan mengkoordinasikan stake holder untuk Citarum,” ungkapnya.
Selain usulannya untuk membentuk kelembagaan atau badan otorita, menurut Aher, perlu juga membangun budaya masyarakat yang memandang air sebagai sesuatu yang sangat bernilai dan mahal.
Ia menuturkan, selain kelompok masyarakat industri, juga ada kelompok masyarakat yang lebih besar, yaitu penduduk DAS Citarum yang harus memahami air sebagai barang sesuatu sangat bernilai.
“Bisnis akan berjalan berkelanjutan dan masyarakat akan hidup dengan baik dan sehat jika kehidupan didukung oleh air dan nilainya yang terpelihara,” tuturnya.
Aher mengakui, penulisan disertasi dengan tema mengenai Citarum ini dilatarbelakangi kegelisahannya dalam menangani penyelesaian masalah Sungai Citarum semasa ia menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Meskipun ia tidak mengungkapkannya secara langsung, kegelisahan Aher mengenai Citarum, selalu hinggap dibenak dan juga pikirannya selama ini.
“Saya terus memikirkan bagaimana solusi bagi permasalahan di Citarum yang sudah puluhan tahun tidak terselesaikan,” ungkapnya.
(gum)