Suara Umat Mutlak Milik Sudrajat-Syaikhu

ilustrasi pilkada

ilustrasi pilkada

POJOKBANDUNG.com, BANDUNG–Dalam beberapa hari terakhir, ltingkat elektabilitas pasangan Sudrajat-Akhmad Syaikhu (ASYIK) semakin melejit. Pasangan nomor urut tiga ini menjadi pasangan yang banyak menarik perhatian publik. Tak heran pasangan ini diprediksi akan menjadi peraih mandat dari warga Jawa Barat 2018-2023.
Menurut Tokoh Muda Partai Gerindra Tb Ardi Januar, awalnya kehadiran Sudrajat dipandang sebelah mata. Namanya kalah mentereng dibanding Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Wajar saja, pasalnya Emil dan Demiz sudah jauh-jauh hari melakukan sosialisasi dan pemanasan politik. Sementara Sudrajat adalah nama yang diusung Prabowo Subianto saat memasuki injury time.

“Keyakinan kami menang berdasarkan pengalaman. Setidaknya, ada tiga kelompok besar yang menjadi basis kekuatan suara pasangan Sudrajat-Syaikhu. Ketiga kelompok ini adalah silent majority di Jawa Barat yang wajib diperhitungkan,” jelas pria yang akrab disapa Tebe ini.

Tebe menyatakan, kelompok pertama adalah kelompok oposisi. Pasangan Sudrajat-Syaikhu adalah satu-satunya pasangan yang diusung oleh partai oposisi di tingkat nasional, yaitu Partai Gerindra, PKS dan PAN. Bahkan, pasangan ini juga didukung oleh PBB, Partai Idaman dan sebagian kader PPP yang tidak suka Romahurmuziy.

“Sudrajat-Syaikhu akan mendapat gelombang suara dari kelompok massa yang saat ini getol menyuarakan #2019GantiPresiden,” jelasnya.
Berbeda dengan tiga pasangan lain, kata Tebe, Ridwan Kamil diusung Nasdem, Hanura, PPP dan PKB. Bahkan dalam artikel sebuah media massa, Emil bersedia mendukung Joko Widodo di Pilpres 2019 mendatang sebagai wujud komitmen kepada partai pengusung. Emil yang awalnya digemari barisan oposisi, seketika menjadi figur yang disoroti karena keputusannya tersebut.
Begitu juga dengan Deddy Mizwar yang diusung Demokrat dan Golkar. Golkar juga partai politik yang sudah resmi mengusung Jokowi.

“Sementara Demokrat seperti biasa kadang ke kanan kadang ke kiri, tergantung kepentingan,” ujarnya.
Sedangkan pasangan Hasanuddin-Anton Charliyan, lanjut Tebe, merupakan produk orsinil PDI Perjuangan yang otomatis menjadi partai utama pengusung Jokowi.
Tebe menuturkan, kelompok kedua adalah kelompok religius. Sebanyak 97 persen penduduk di Jawa Barat adalah muslim. Pasangan Sudrajat-Syaikhu bisa dibilang sebagai pasangan yang paling banyak didukung dan direstui para ulama.
“Bukan kumpulan paranormal, apalagi kalangan liberal pendukung LGBT,” ucap dia.

Tebe mengatakan, pasangan ASYIK juga diuntungkan oleh pernyataan Habib Rizieq Shihab di Mekkah dan Ustadz Arifin Ilham yang secara jelas menyerukan umat untuk mendukung pasangan ini. Keduanya adalah ikon penting dari gerakan 212.

“Video dukungannya sudah viral kemana-mana. Belum lagi dua ulama kondang Jawa Barat seperti KH Abdullah Gymnastiar dan KH Asep Mausul yang sudah bertemu dan berkomunikasi dengan Sudrajat-Syaikhu,” ungkapnya.

Tebe menilai, sulit rasanya bagi kalangan religius untuk mendukung Ridwan Kamil pasca tersebarnya jejak digital yang dianggap tendensius dan menyinggung perasaan umat. Dedi Mulyadi juga pernah dihujat perkara analogi suara kecapi suling dan Alquran. Begitu juga dengan rekam jejak Anton Charliyan sewaktu menjabat Kapolda Jabar, yang dinilai telah mengkriminalisasi ulama.

“Semua catatan itu melekat erat di benak umat,” kata Tebe.

Selanjutnya kelompok ketiga adalah kelompok rasional. Pasangan Sudrajat-Syaikhu kemungkinan besar dipilih kalangan rasional dan berpendidikan. Kalangan ini adalah masyarakat yang suaranya tidak bisa dibayar atau disogok sembako. Kalangan yang tak terpengaruh dengan pencitraan di media sosial dan tidak bisa digiring opini oleh lembaga survei. Mereka fokus mempertimbangkan rekam jejak para calon.

“Dan dari keempat calon yang tersedia, Pasangan Sudrajat-Syaikhu adalah pasangan paling kaya akan pengalaman. Sudrajat pernah menjadi militer, birokrat hingga diplomat. Sementara Syaikhu adalah mantan auditor profesional, legislator dan pemimpin darah. Latar belakang pendidikan keduanya juga bergengsi. Sudrajat jebolan Harvard University dan Syaikhu lulusan STAN. Perpaduan yang pas antara militer dan sipil,” jelasnya. (*/nto)

loading...

Feeds