POJOKBANDUNG.com – Hasil kajian ilmiah yang didukung sejarah kejadian bencana tsunami membuktikan bahwa wilayah selatan Jawa merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan risiko tinggi terhadap bencana tsunami.
Meski demikian, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Badan Geologi, Sri Hidayati, mengatakan hasil kajian tersebut tidak dihadapi dengan kepanikan.
“Sebaiknya dijadikan sebagai kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dan semua pihak dalam melakukan upaya mitigasi bencana tsunami,” ujar Sri Hidayati, dalam jumpa pers di Kantor PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (6/4).
Ia menjelaskan, pantai rawan tsunami adalah pantai yang berhadapan langsung dengan sumber gempa bumi, kondisi pantai landai, pantai berbentuk teluk, pantai tanpa penghalang alami atau misalnya tidak ada vegetasi pantai, pulau, pulau karang.
Sri menuturkan, setelah mengetahui tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap tsunami, semestinya diikuti dengan upaya mitigasi bencanan tsunami baik yang bersifat struktural maupun non-struktural.
Ada pun upaya mitigasi tersebut mendirikan bangunan di luar jangkauan terjangan tsunami dan mengetahui tatacara penyelamatan diri.
Selain itu, penting pula membangun atau mempertahankan hutan pantai dan gumuk pasir yang secara alamiah berfungsi sebagai pemecah gelombang atau membuat bangunan pemecah gelombang, dan membuat pelatihan tata cara menghindari tsunami.
Bagi pemerintah, penting membuat regulasi atau kebijakan terkait mitigasi bencana.
“Setelah itu dapat disusun Peraturan Daerah (Perda), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) berwawasan bencana tsunami dan menerapkan Sistem peringatan dini tsunami,” ujarnya.
Sri menerangkan, pihaknya saat ini turut melakukan upaya mitigasi bencana tsunami dengan langkah melakukan penelitian endapan tsunami bertujuan untuk mengetahui jejak landaan tsunami yang pernah terjadi sebelumnya.
Penelitian paleotsunami di Purworejo menunjukkan adanya indikasi kandidat endapan tsunami pada kedalaman 95 cm dan 195 cm yang mengindikasikan kejadian tsunami di masa lampau berulang dan pernah terjadi sedikitnya dua kali.
Sementara di daerah Gunung Kidul menunjukkan adanya kandidat endapan tsunami pada kedalaman 128 cm.
“Rentetan bukti endapan tsunami ini menggambarkan telah terjadinya tsunami di pantai Selatan Jawa pada masa lampau,” ujar dia.
Selain itu, pihaknya juga telah menyusun Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami dibuat dengan pemodelan numerik dengan mempertimbangkan potensi gempa bumi maksimum yang mungkin terjadi di lepas pantai suatu daerah.