“Mafi berkompetisi dengan cara yang baik dan adil untuk kepentingan masyarakat Jabar,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Demiz sendiri adalah salah satu calon yang didukung PKS, PAN dan Demokrat dalam Pilgub Jabar. Namun, ia tidak menampik punya rencana cadangan dengan berkomunikasi dengan partai lain, seperti Golkar dan PDIP.
“Dinamika sekarang memang cepat. Untuk itu, saya dengan Golkar saya komunikasi, PDIP juga sama. Ga ada yang salah. Selama menjaga etika,” katanya.
Demiz pun mengaku, dalam pembicaraan dengan ketua DPD Golkar, Dedi Mulyadi membahas kemungkinan koalisi. Namun, ia menyadari semua keputusan ada di tangan pengurus di tingkat DPP. Untuk itu, pria yang akrab disapa Demiz ini berharap pimpinan partai Demokrat pun melakukan hal serupa dengan partai lain di tingkat pusat.
“Masing-masing partai sampai nanti waktu penetapan banyak kemungkinan untuk berubah. Ini yang harus kita amati,” ucapnya.
Pernyataan itu diucapkan terkait pernyataan berbagai pengamat politik bahwa koalisi zaman now terancam bubar dengan kehadiran Mayjen (Purn) Sudrajat dari Gerindra.
Gerindra yang membutuhkan rekanan koalisi untuk mengusung Mayjen Sudrajat terus merayu PKS dan PAN. Demokrat sebagai pengusungnya tentu harus menyiapkan langkah lain untuk mengantisipasi ditinggal PKS dan PAN.
“Iya komunikasi terus dilakukan (dengan PKS dan PAN). Sampai hari ini PKS, Demokrat dan PAN masih solid,” kata Demiz.
Sejauh ini, komitmen antar partai koalisi masih belum berubah. Yakni, menggelar deklarasi pada tanggal 7 Januari 2018 di Monumen Perjuangan Bandung.
“Ya (komitmen deklarasi) masih belum berubah, masih sama,” pungkasnya.