Sehingga, kata dia, Uu menjadi pilihan yang realistis bagi Emil jika ingin mendapat tiket di ajang demokratis tersebut. “Realistis dan pragmatis,” katanya.
Terkait insentif yang diberikan kepada partai pengusung terutama yang kadernya tidak terpilih, menurut Firman bisa dengan bermusyawarah seperti dalam pengaturan koalisi di pemilu bupati/wali kota. Pada pilkada serentak 2018 di Jawa Barat, lanjut Firman, terdapat 16 pemilu bupati/wali kota.
Dengan begitu, NasDem, PKB, dan PPP yang mengusung Emil di Pilgub Jawa Barat 2018 bisa kembali berkoalisi di pemilu bupati/wali kota untuk membagi kandidat-kandidat yang akan diusung. Selain itu, cara berkompromi dengan partai pengusung pun bisa dilakukan dengan memasukkan platform partai ke dalam program kerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ketika Emil-Uu terpilih.
Dalam hasil survei Instrat tersebut, dari nama-nama calon wakil yang disodorkan kepada Emil, Uu menjadi yang tertinggi popularitas dan elektabilitasnya. Uu pun mengungguli pesaingnya dari sisi kelayakan sebagai calon wakil gubernur.
Dari ketiga aspek tersebut, nama Bupati Tasikmalaya itu hanya kalah oleh Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi. Sedangkan saat disimulasikan, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum berada di peringkat pertama dengan 21% pilihan responden.
Disusul Deddu Mizwar-Ahmad Syaikhu (14%), dan Dedi Mulyadi-Anton Charliyan (9%). Sedangkan responden yang tidak akan memilih 3%, dan belum menentukan jawaban 53%. Responden 800 orang tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin error 4 persen.