Kebijakan Amerika Serikat yang Mengkui Yerusalem Ibukota Israel Bakal Picu “Intifadah Baru”

Massa menunaikan salat di luar kawasan masjid Al Aqsa. Foto: Aljazeera

Massa menunaikan salat di luar kawasan masjid Al Aqsa. Foto: Aljazeera

POJOKBANDUNG.com – Dunia Arab merespons keras atas keputusan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Keputusan Trump itu diikuti dengan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem. Kebijakan ini membalikkan kebijakan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan presiden sebelumnya.

Status Yerusalem terletak di jantung konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung lama, karena Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Baca Juga:

Masjid Al Aqsa Kembali Memanas. Polisi Tembak Pemuda Palestina

Ditekan Dunia, Akhirnya Israel Bongkar Pagar Besi dan CCTV di Masjidil Aqsa

Pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa keputusan Trump adalah pengakuan atas kenyataan saat ini dan sejarah namun bukan sebuah pernyataan politik, dan tidak akan mengubah batas-batas fisik dan politik Yerusalem.

Dunia Arab, seperti dirangkum BBC, satu suara mengecam langkah Trump tersebut. Menanggapi hal tersebut, Turki menilai bahwa Trump telah mengambil keputusan yang tidak bertanggungjawab.

“Keputusan tersebut bertentangan dengan hukum internasional dan resolusi PBB yang relevan,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Baca Juga:

Lawan Israel! Penganut Kristen Ini Ikut Jumatan di Yerusalem, Berkalung Salib dan Baca Bible

Arab Saudi Keluarkan Fatwa Umat Muslim Boleh Salat di Gereja

Sementara itu Arab Saudi, melalui medianya, mengatakan bahwa Raja Salman melalui sambungan telepon dengan Trump mengatakan bahwa relokasi kedutaan atau pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel akan menjadi provokasi mencolok umat Islam, di seluruh dunia.

Di Mesir, Presiden Abdul Fattah al-Sisi memperingatkan bahwa langkah itu akan mempersulit situasi di kawasan ini dengan memperkenalkan langkah-langkah yang akan mengurangi kesempatan untuk perdamaian di Timur Tengah.

loading...

Feeds