Teknologi digital yang diterapkan berguna untuk mengupdate data jika suatu saat ada fakta sejarah yang terlewat. “Kita memulai dulu dengan data yang ada, karena berbicara sejarah enggak akan ada habisnya, selalu digali dengan pendekatan keilmuan. Kalau sekarang belum terinformasi hal biasa, tapi saya liat sebagain besar sudah ada,” ungkapnya.
Arsitek museum, Ade Garnandi menjelaskan, persiapan mengubah gudang menjadi museum tidak terlalu sulit. Ia hanya butuh waktu setengah tahun dalam proses pengerjaannya.
“Yang lama itu risetnya. Kami dengan tim mengunjungi Belanda. Mencari tahu sejarah Gedung Sate. Lalu, melihat museum yang ada disana sebagai bahan pertimbangan,” katanya.
Konsep smart museum bisa dinikmati oleh siswa tingkat SD sampai dengan orang tua. Konsepsi museum ini ia jelaskan terdiri dari peralatan skala yang disukai anak dan mudah beri informasi semua dibuat konsep secara modern digabungkan dengan tradisi dan sejarah 1900 sampai sekarang.
Luas museum itu sendiri seluas 500 meter persegi dibagi section area yang memuat display dan gimik permainan.
“Kami terinspirasi dengan beberapa museum di luar dan tepat informasinya. Kita rangkum dalam museum kecil. Teknologi murah meriah,” terangnya.