POJOKBANDUNG.com- TANGAN Siti Lili Rusita terus mengusap kepala sang anak, Siti Raisa Miranda yang tertidur pulas di atas pembaringan. Dengan suara sedikit parau, dia terus memanggil-manggil untuk membangunkan sang anak. Namun, Echa -panggilannya- tak bergerak sedikit pun. Dia sudah tertidur selama 12 hari.
Lili bercerita, sejak setahun terakhir jam biologis Echa berubah ekstrem. Sang anak mengalami durasi tidur yang tak biasa jika dibandingkan orang normal lainnya. Bahkan, pada tanggal 10 Oktober lalu, gadis kelas VII SMPN 15 Banjarmasin ini tertidur selama 12 hari.
Itu adalah rekor. Biasanya Echa tertidur paling lama selama sepekan. “Kali ini tidurnya sangat panjang. Dari tanggal 10 hingga 21 Oktober lalu,” ucap Lili bercerita di rumahnya di Jalan Pangeran RT. 14 Nomor 3 Banjarmasin, Rabu (25/10).
Tak banyak yang tahu, anaknya itu ternyata seorang atlet. Echa mengikuti cabang olahraga (Cabor) hip-hop pada Pekan Olahraga Provinsi di Tabalong yang dimulai 9 Oktober tadi. Sebelum bertanding, malam harinya Echa mengaku ingin tidur dan beristirahat, ketimbang memikirkan laga esok hari. Dia mungkin sedikit tertekan dengan adiknya yang juga atlet di Cabor serupa dan sebelumnya sudah meraih 2 medali emas dan 1 medali perak. Sedangkan Echa baru bertanding besoknya. “Mungkin karena stres memikirkan takut gagal dan tak bisa memberikan yang terbaik, beban ini mungkin yang dirasa Echa sebelum bertanding,” tutur Lili.
Alhasil, laga yang harus dijalaninya pada 11 Oktober tak bisa diikutinya karena dia tertidur sangat pulas dan tak bisa dibangunkan. Sampai pertandingan di cabor hip-hop berakhir, hingga mereka pulang ke Banjarmasin pada tanggal 12 Oktober, Echa masih pulas dengan mimpinya. “Alhamdulillah akhirnya pada tanggal 21 Oktober Echa terbangun,” ujarnya.
Ketika terbangun, Echa masih dalam kondisi lemah. Untuk makan dan minum dibantu sang ibu dan ayahnya secara bergantian. Tak ingin sesuatu menimpa sang anak, Echa pun dibawa ke puskesmas terdekat. Ketika itu pula gadis kelahiran Banjarmasin 25 Desember 2004 silam lalu dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin. “Echa hanya diberi obat dan tak dirawat inap. Karena hasil diagnosa tak ada yang berbahaya,” tambah Lili.