POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Pengamat politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung, Asep Syahid menekankan kader partai Golkar harusnya mengikuti mekanisme partai dalam prosesi pengusungan calon pada pemilu, termasuk Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat 2018.
Ia menilai polemik yang terjadi menjelang Pilgub Jabar tahun depan terkait penentuan kandidat terpilih yang didukung pengurus pusat Golkar, sudah menjadi bagian dari proses politik.
Namun semua kader Golkar Jawa Barat jangan sampai mengabaikan kebijakan partai meski ada kader yang begitu fanatik menginginkan Dedi Mulyadi, Ketua DPD Golkar Jabar, untuk didukung oleh DPP Partai Golkar sebagai calon Gubernur 2018.
Baca Juga:
Survei Pilgub Jabar Teranyar, Ridwan Kamil-Deddy Mizwar Mengejutkan
Irjen Anton Putuskan Maju Pilgub Jabar 2018
“Sudah menjadi khas Partai Golkar yang kadang gaduh, kadang teduh, tapi ujung-ujungnya mencapai keteduhan. Dedi Mulyadi memang mendapat dukungan DPD (kabupaten/kota), tapi harusnya kader mengikuti mekanisme partai,” tandas Asep Syahid kepada wartawan, Senin (9/10/2017).
Namun, dosen Fisip ini mengatakan, DPP Partai Golkar cukup longgar dalam menentukan arah politik ke depan, hingga lahirnya kebijakan simulasi tiga pasangan calon untuk Pilgub Jabar, yakni Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung) – Daniel Muttaqin, Ridwan Kamil – Dedi Mulyadi, dan Deddy Mizwar (Wagub Jabar) – Dedi Mulyadi.
Menanggapi simulasi itu, Dedi Mulyadi enggan memberikan tanggapan lebih dalam, mengingat posisinya yang diusung DPD Partai Golkar Jabar sebagai calon gubernur belum mendapat kepastian dari pengurus Golkar pusat.
Mengerikan! Ini Petisi David Bond si Pemangsa Perempuan Asia untuk Dijadikan Model Video Porno – Pojok Bandung https://t.co/p8LIc5YW7e
— Pojok Bandung (@pojokbandung2) October 9, 2017
Menurutnya kebijakan DPP hanya bagian dari dinamika politik yang harus disikapi dengan sabar.
“Kalau ombak besar gimana sikap kita, kalau ombak kecil gimana sikap kita. Politik itu seperti itu,” kata Dedi, di Bandung, Sabtu pekan lalu.
Ia mengakui bahwa DPP Partai Golkar memang belum menentukan secara pasti dirinya akan diusung. Ia menerka adanya kemungkinan pergerakan di luar partai atau di luar dunia politik yang sulit diprediksi.
“Dari non-kepartaian di luar kewenangan saya,” katanya.