Cuma, sambung dia, perlu diingat bahwa pemilih di Jabar tersebar di lebih daru 5.000 desa. Ia tidak yakin Daniel dikenal di ribuan desa tersebut. Bahkan meski Daniel punya basis di Pantura (Indramayu), ia juga tidak yakin namanya sampai dikenal di daerah terdekat seperti Subang, Purwakarta, Karawang.
Begitu juga Ridwan Kamil yang disebut fenomena perkotaan.
“Jadi agak sulit bertarung di Jabar ini. Beda dengan DKI Jakarta yang kecil. Jabar ini wilayahnya luas, penduduknya banyak, dengan karakter keragaman yang beda antara utara selatan timur barat, sehingga siapa pun yang bertarung di Jabar akan mengeluarkan cucuran keringat yang jauh lebih besar,” ungkapnya.
Baca Juga:
Pilgub Jabar 2018, Pengamat Sebut Dedi Mulyadi Hadapi Dilema
Golkar Sumedang Siap Usung Calon Selain Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar
Di sisi lain, pasangan yang diusung Golkar nantinya menentukan dengan parpol mana partai beringin ini berkoalisi. Sejauh ini, Golkar sudah melakukan komunikasi politik dengan PDIP yang dimotori Dedi Mulyadi.
Nah, PDIP belum tentu mau mendukung jika Golkar mengusung Ridwan Kamil–Daniel Muttaqien Syafiuddin. Sementara di internal Golkar, pengusungan tersebut akan bergejolak.
Pertama, jelas dia, pendukung Dedi Mulyadi tidak bisa dianggap remeh. Dedi Mulyadi yang juga Bupati Purwakarta punya basis kuat di Purwakarta. Jadi, pengusungan Ridwan Kamil–Daniel Muttaqien Syafiuddin diperkirakan akan menimbulkan perpecahan di tubuh Golkar Jabar.
“Reaksi perpecahan dari Golkar akan besar. Meskipun tidak bulat mendukung Dedi Mulyadi, tapi eksponen Dedi Mulyadi cukup besar juga,” katanya.