Lika-liku Perjalanan Keluarga Anak-anak DN Aidit

Ilham Aidit di rumahnya. (DERRY RIDWANSAH/JAWA POS)

Ilham Aidit di rumahnya. (DERRY RIDWANSAH/JAWA POS)

POJOKBANDUNG.com – Ketua Umum Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit diketahui memiliki lima anak. Mereka Ibarruri Putri Alam, Ilya Aidit, Iwan Aidit, Ilham Aidit dan Irfan Aidit.

Dari kelima anak DN Aidit, hanya Ilham Aidit yang tinggal di Indonesia. Tiga lainnya menjadi warga negara lain. Sementara kembaran Ilham, Irfan, telah meninggal dunia karena sakit.

Secara khusus kepada Jawapos.com (grup pojokbandung.com), Ilham menceritakan lika-liku perjalanan para saudaranya.

“Yang berada di Indonesia dan anak Aidit satu-satunya yang di Indonesia cuma saya (Ilham),” ujar Ilham saat ditemui di kediamannya di Jawa Barat.

Sementara sang kakak, Ibarruri, Ilya dan Iwan memilih menjadi ‎warga negara asing (WNA) Perancis dan Kanada.

Dengan santainya, Ilham menceritakan kakak-kakaknya memilih menjadi WNA. Obrolan sempat terhenti sebentar karena Ilham ingin menyalakan rokok yang telah dipegangnya.

Cerita dimulai dari dua kakak perempuannya Ibarruri dan Ilya yang menjadi WNA Perancis. Dua kakaknya itu sejak umur 11 tahun dan kelas 4 SD sudah berada di Moscow untuk sekolah.

Kebetulan DN Aidit memiliki akses ke Moscow sehingga dua anaknya mudah mendapatkan beasiswa.

Namun pada tahun 1971 terjadi keretakan hubungan antara Moscow dan Tiongkok dalam garis politik. Sehingga Moscow tidak ingin memberikan beasiswa bagi anak Indonesia dan anak PKI.

Baca Juga:

Polisi Bakal Buru Akun Media Sosial Penyebar Isu PKI

Film G 30 S/PKI Bukan Pelajaran Sejarah yang Baik bagi Anak

“Di Moscow sudah malas mengurusi orang-orang Indonesia,” katanya.

Saat itu, pemerintah‎ Tiongkok pun mengambil alih dan memutuskan membawa anak-anak Indonesia. Di Tingkok kemudian anak-anak Indonesia di tempatkan di suatu daerah dengan kamp besar.

Di sana terhampar ladang luas dan anak Indonesia disuruh mengelola lahan tersebut.

“Mereka mulai belajar pertanian dan hidupnya tidak membebani keuangan negara Tiongkok,” ungkapnya.

Pada tahun 1981 negara-negara Eropa mulai membuka diri dan menerima mantan anak PKI untuk bisa bersekolah. Mayoritas anak- anak PKI memilih tinggal di Belanda, namun Ibarruri dan Ilya bersama Sobron Aidit (kakak DN Aidit) memutuskan pindah ke Perancis.

Di kota mode itu, mereka bertiga mendapatkan uang dari partai sosialis. Sehingga mereka memutuskan membuka restoran. Sementara Ibarruri dan Ilya melanjutkan sekolah kedokteran.

“Sampai sekarang restoran itu masih ada, dan dahulu restoran itu sempat dimusuhi oleh KBRI Indonesia, dan restoran itu kemudian sukses dan digemari banyak orang,” ungkapnya.

loading...

Feeds