Sejak di laut, kapal-kapal pengangkut bantuan itu dicegat kapal milik pasukan koalisi pimpinan Saudi. Riyadh berdalih bahwa mereka menghalangi pengiriman senjata yang akan diselundupkan ke kantong-kantong pemberontak Houthi.
Hampir seluruh akses bantuan ke wilayah utara yang dikuasai pemberontak Houthi dipersulit. Kapal pengangkut bantuan yang akan berlabuh di pelabuhan Al Hudaydah di Laut Merah diblokade. Alat untuk mengerek kontainer di pelabuhan tersebut juga dirusak.
Dua hal itu menyendat usaha pengiriman bantuan pangan. Selama ini, 80 persen impor pangan di Yaman masuk melalui pelabuhan tersebut. ”Kami mengalami masalah di akses (untuk mengirim bantuan, Red),” tegas Beasley.
Bukan hanya pelabuhan, akses beberapa bandara juga ditutup. Orang-orang yang sakit parah sulit mendapatkan perawatan di luar negeri. Ada daftar tunggu yang begitu panjang.
Baca Juga:
Ridwan Kamil Minta Warga Bandung Galang Donasi untuk Rohingnya
Kapolri: Konflik Rohingya Seharusnya Dilihat dari Sisi Kemanusian
Dokter-dokter yang menjadi relawan harus memutar otak sedemikian rupa untuk menyelamatkan pasien dengan obat-obatan yang terbatas.
Salah seorang tokoh yang menjadi korban adalah pendiri Palang Merah Yaman Abdullah Alkhames. Dia meninggal pada Kamis (31/8) setelah operasi jantung.
Valentino Rossi Harus Istirahat 40 Hari Akibat Celaka, Harapan Juara Makin Berat – Pojok Bandung https://t.co/s9GrrhsBny
— Pojok Bandung (@pojokbandung2) September 2, 2017
Alkhames seharusnya menjalani operasi lanjutan di Jordania atau Mesir, tapi masuk daftar tunggu. Namun, karena penerbangan keluar masuk Yaman terbatas, nyawanya tak tertolong.
”Dia meninggal karena alasan yang sama seperti jutaan orang lainnya yang hidup menderita di Yaman,” ujar Juru Bicara International Committee of the Red Cross (ICRC) Timur Tengah Iolanda Jaquemet.