Ponsel dan semua perangkat elektronik kemudian dikembalikan. Semua foto dan bukti kalau sudah terjadi penculikan dihapus. Kecuali satu foto. Tampilan dalam pesawat ketika Pangeran dan para stafnya diculik.
Di hari ketiga, mereka semua kemudian dibebaskan dengan sebelumnya menandatangani dokumen berbahasa Arab yang tidak dipahami. Masing-masing mendapat tiket pesawat pulang ke tujuan yang diinginkan.
Pangeran Sultan ”disergap” saat berada di Jenewa. Saat itu dia menduga akan bertemu dengan salah seorang pangeran Saudi, anak lelaki kesayangan mending Raja Fahd, Pangeran Abdulaziz bin Fahd. Adalah Pangeran Abdulaziz bin Fahd lah yang disebut mengundangnya untuk sarapan bersama.
Namun, begitu sampai lokasi sarapan di Hotel Intercontinental di Jenewa, kenyataan berkata lain. Pangeran diringkus paksa dibawa ke bandara bersama staf-stafnya.
Dalam dokumenter itu juga dipaparkan detail mengenai dua pangeran lain yang diculik. Salah satunya, Pangeran Turki bin Bandar. Pangeran Turki adalah mantan pejabat senior kepolisian. Disebutkan kalau seorang rekan Pangeran Turki menerima pesan dari sang pangeran sebelum menghilang pada 2015.
Pesan itu menyebutkan kalau dia khawatir pemerintah Saudi akan menculik atau membunuhnya.
Harian Maroko As Sabah menulis kalau pada November 2015, Pangeran Turki ditahan dan dipenjara di Penjara Sala di Maroko begitu dia hendak pulang ke Prancis. Beberapa hari kemudian, Pangeran Turki dideportasi ke Saudi dengan perintah kerajaan.
Selain Pangeran Turki, pangeran ketiga adalah Pangeran Saud bin Saif al-Nasr. Dia juga pernah mengatakan kepada rekannya kalau dia cemas pemerintah Saudi akan menculik atau membunuhnya karena aktivitas oposisinya.
Pangeran Saud menghilang setelah mengira dia akan melakukan pertemuan bisnis di Italia dengan konsorsium Rusia-Italia. Pangeran kemudian naik pesawat carteran ke Italia. Namun, sejak saat itu tidak ada lagi kabarnya.
Apalagi Kerajaan Saudi belum mau memberikan komentar.
(tia/The guardian/BBC/JPC/JPG)