Sejak krisis mencuat, PBB dan Amerika Serikat (AS) memang terus melakukan mediasi. Turki, Jordania, dan Arab Saudi adalah negara-negara Islam yang aktif melobi berbagai pihak agar Israel berhenti berusaha menguasai Masjidil Aqsa serta membuat situasi kembali tenang.
Di sisi lain, keputusan itu membuat Netanyahu panen kecaman di dalam negeri. Terutama dari kelompok sayap kiri.
Salah satu yang langsung melontarkan kritikan adalah pemimpin Partai The Jewish Home Naftali Bennett. Keputusan Netanyahu dinilai membuat Israel tampak lemah.
”Bukannya meningkatkan kedaulatan kita di Jerusalem, tapi malah mengirimkan pesan bahwa kedaulatan kita bisa diguncang,” tegas tokoh yang juga menjabat menteri pendidikan Israel tersebut.
Baca Juga:
Sekjen PBB Kutuk Pembantaian di Masjid Al Aqsa
Begini Sikap Tegas Presiden Jokowi Atas Tindakan Israel di Masjid Al Aqsa
Lawan Israel! Penganut Kristen Ini Ikut Jumatan di Yerusalem, Berkalung Salib dan Baca Bible
Polisi Israel Tendang Pria Palestina Sedang Salat, 3 Orang Tewas Ratusan Terluka. Ini Videonya!
Sehari sebelumnya, Netanyahu menuding Al Jazeera sebagai biang kerok. Kantor berita yang berbasis di Qatar itu dituding memuat berita yang membuat situasi kian panas.
Netanyahu mengancam menutup kantor Al Jazeera di Jerusalem. Dalam cuitan di akun Twitter-nya, dia mengaku sudah berbicara dengan berbagai pihak untuk mengurus penutupan tersebut.
”Jika penutupan itu tidak bisa dilakukan karena masalah hukum, saya akan berusaha memberlakukan undang-undang yang dibutuhkan untuk mengusir Al Jazeera dari Israel,” cuitnya.