Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat malam, kementerian luar negeri Mesir meminta pemerintah Israel bersikap rasional dan tidak membiarkan situasi berbahaya yang membahayakan upaya untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian.
Ia mengutuk Israel atas kematian warga sipil dan apa yang digambarkannya sebagai penggunaan kekuatan yang berlebihan.
Mesir memperingatkan bahwa Israel berada dalam bahaya karena memicu ketegangan di antara warga Palestina dan seluruh negara Muslim dengan membatasi kebebasan beragama.
“Saya tidak bisa mengakhiri pidato ini tanpa mengungkapkan solidaritas dan persaudaraan dengan warga Palestina, terutama rakyat kita di Al Quds (Yerusalem), dan mencela penutupan Masjid Al Aqsa,” ucap Emir Emir Tamim bin Hamad, saat menyampaikan pidatonya di depan publik.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan pemutusan hubungan kerja sama dengan Israel sampai negara Yahudi itu membatalkan tindakannya di Masjid Al Aqsha dan mempertahankan status quo.
Harry Fawcett dari Al Jazeera mengatakan, ini berarti mengakhiri kerja sama keamanan antara pasukan keamanan Palestina dan Israel, sebuah permintaan populer yang diinginkan kebanyakan warga Palestina.
“Pernyataan Abbas bisa memicu kebuntuan yang bahkan lebih sulit dijembatani dalam jangka pendek,” kata Fawcett.
(aljazeera/pojoksatu)