POJOKBANDUNG.COM, BANDUNG – Payfazz, salah satu startup binaan Indigo.id di bidang financial technology (fintech), terus tunjukkan performa signifikan dari skala pengembangan bisnis.
CEO Payfazz, Hendra Kwik mengatakan, pihaknya kini terus dalam proses membesarkan Payfazz dengan strategi melalui ekspansi agen, kerjasama distribusi, relasi media, serta penambahan produk.
“Kami terus tumbuh dan dalam jalur yang sesuai dalam mencapai target jumlah Agen Nusantara Payfazz hingga 3 juta agen di akhir tahun 2018. Semakin banyak jumlah Agen Nusantara Payfazz, semakin banyak pula penduduk Indonesia yang terbantu serta semakin banyak layanan perbankan tersalurkan,” tambah Hendra Kwik melalui pesan instan dari Amerika Serikat, awal pekan ini.
Menurut dia, penggunanya paling banyak menggunakan aplikasi Payfazz untuk pembelian pulsa dan pembayaran tagihan Payment Point Online Bank (PPOB).
Layanan sejenis seperti Gopay dan Tcash menjadi layanan setara, akan tetapi fokus pasar beda karena program miliknya Premium fokus melayani masyarakat awam yang kurang terjamah oleh teknologi keuangan dan perbankan.
“Berdasarkan riset tim Payfazz, ada sekitar 170 juta orang di Indonesia yang masih belum mempunyai rekening bank dikarenakan beberapa faktor. Antara lain kurangnya paparan literasi keuangan di lingkup masyarakat kelas bawah, label unbankable people (masyarakat tak punya rekening, red) yang disematkan, serta titik persebaran bank dan mesin ATM yang belum merata,” sambungnya.
Menurut dia, berkaitan hal tersebut, Payfazz hadir dalam bentuk aplikasi berbasis Android yang kemudian menjadi terobosan bagi teknologi keuangan yang dapat dengan mudah diakses dan digunakan masyarakat secara umum.
Karenanya, peluang melakukan peningkatan skala bisnis dan menjadi portal keuangan bagi masyarakat Indonesia masih sangat besar kesempatannya. Payfazz mencoba menggabungkan kemudahan akses teknologi dengan kebutuhan dasar masyarakat awam sehingga apa yang menjadi keinginan mereka mampu terpenuhi melalui program Agen Premium.
Program agen tersebut merupakan program eksklusif yang menitik beratkan ide premium dari segi keuntungan, fitur yang dimiliki, serta konsep literasi yang utuh untuk masyarakat.
Diharapkan, Agen Premium Payfazz tidak hanya sekedar menjadi agen pulsa, tetapi menjadi agen keuangan yang paham akan penggunaan teknologi keuangan dalam rangka mempermudah kebutuhan sehari – hari.
“Selain itu, agen premium kami yang sebagian besar menyasar masyarakat awam, dilengkapi dengan kode referal. Kode referal terdiri dari kombinasi numerik dan alfabet bertujuan menjangkau jaringan usaha lebih luas, ” sambungnya.
Agen premium, sambung dia, akan mendapatkan lebih banyak keuntungan, sehingga konsep ini akan berpotensi menciptakan efek domino positif seperti merangkul lebih banyak unbankable people untuk menjadi agen premium.
Payfazz mengakui, kehadiran Indigo.id telah membantu dalam membangun jejaring bisnis ke Telkom group yang mereka yakini akan menjadi mitra strategis di masa depan.
“Lebih jauh lagi, Indigo memberikan bekal yang bermanfaat lewat program mentoring selama masa inkubasi berlangsung. Hal ini tentunya menjadi benefit nyata yang terbukti membantu Payfazz berkembang menjadi startup yang lebih maju lagi,” katanya.
World Bank’s Financial Inclusion Index (2014) menunjukkan bahwa di Indonesia, penetrasi rekening bank hanya 36% dan penetrasi kartu kredit hanya 4%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sekitar 120 juta orang dewasa tanpa rekening bank dan 170 juta orang dewasa tanpa kartu kredit/akses kredit. Jutaan orang ini terkucilkan dari layanan perbankan yang kebanyakan masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Kontras dengan penetrasi perbankan yang lambat, penetrasi internet dan smartphone justru meningkat cepat. Statistik memperkirakan bahwa saat ini 132,7 juta orang Indonesia secara aktif menggunakan internet dan 123,3 juta di antaranya mengakses internet melalui smartphone.
Penetrasi layanan perbankan yang rendah serta penetrasi internet dan adopsi smartphone yang tinggi menciptakan peluang baru untuk menyediakan layanan keuangan berbasis teknologi mobile kepada masyarakat unbanked yang ingin menikmati layanan keuangan dengan mudah dan nyaman. Layanan keuangan dasar seperti pengisian pulsa, pembayaran tagihan, transfer dan pinjaman lunak merupakan layanan keuangan yang dibutuhkan masyarakat unbanked, namun belum tersedia. Startup financial technology binaan Indigo.id, PAYFAZZ, menjadi solusi nyata untuk masalah ini.
PAYFAZZ didirikan oleh tiga orang sahabat yakni Ricky Winata, Hendra Kwik dan Jefriyanto. Misi mereka adalah “menyediakan akses layanan keuangan yang mudah bagi seluruh masyarakat Indonesia”. Mereka bertiga merupakan veteran di dunia startup teknologi Indonesia. Sebelumnya, Ricky bekerja di Traveloka, Hendra bekerja di Kudo dan Jefriyanto bekerja di Tiket.
PAYFAZZ membangun jaringan agen berbasis aplikasi Android untuk menyalurkan layanan keuangan yang dibutuhkan kepada masyarakat unbanked. Lembaga keuangan dan perbankan yang ingin menyalurkan layanan keuangan ke masyarakat unbanked dapat berintegrasi dengan jaringan agen PAYFAZZ melalui API. Untuk monetisasi, PAYFAZZ mengenakan biaya ke setiap layanan keuangan yang tersalurkan melalui jaringan agennya.
Hingga Juli ini, PAYFAZZ sudah memiliki 12.000 agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Jaringan agen ini melayani ratusan ribu transaksi dengan total nilai puluhan miliar rupiah setiap bulannya. Berkat PAYFAZZ, masyarakat unbanked kini dapat mengakses layanan keuangan dengan lebih mudah dan para agen dapat menambah penghasilan mereka hingga 50%-100% setiap bulannya. Setiap bulan, ribuan agen baru dari seluruh Indonesia mendownload aplikasi Android PAYFAZZ untuk menambah penghasilan. Hal ini sejalan dengan misi PAYFAZZ untuk terus meningkatkan jumlah agen demi membantu lebih banyak masyarakat unbanked untuk mengakses layanan keuangan dengan mudah.
“PAYFAZZ sudah menemukan product-market-fit di pasar masyarakat unbanked, sekarang kami akan fokus berekspansi. Adapun strategi ekspansi kami meliputi sistem Agen Premium, kerja sama distribusi dengan pihak ketiga dan diversifikasi layanan keuangan,” CEO Hendra Kwik menjelaskan melalui pesan instan dari Amerika Serikat, Senin (17/7/2017).
Masyarakat unbanked paling banyak menggunakan layanan agen PAYFAZZ untuk pembelian pulsa, pembayaran tagihan dan transfer uang. Aplikasi e-wallet seperti Gopay dan Tcash menyediakan layanan yang serupa, tetapi dengan fokus pasar dan metode yang berbeda. Untuk target pasar, aplikasi PAYFAZZ lebih difokuskan untuk melayani masyarakat awam yang belum dilayani oleh lembaga keuangan dan perbankan yang cenderung terkonsentrasi di pusat kota. Metodenya pun berbeda, layanan PAYFAZZ tidak didistribusikan melalui kantor cabang dan ATM seperti layanan keuangan/perbankan konvensional, melainkan melalui agen.
Aplikasi PAYFAZZ kini tersebar di berbagai kios dan warung di seluruh Indonesia, bahkan hingga daerah-daerah pelosok di Aceh dan Papua. Adapun kios dan warung ini disebut sebagai Agen Nusantara PAYFAZZ. Agen Nusantara PAYFAZZ inilah yang berperan besar menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat unbanked dan mendigitalkan sistem keuangan di Indonesia.
PAYFAZZ menargetkan untuk meningkatkan jumlah agen hingga 100.000 agen di akhir tahun 2017 dan hingga 1.000.000 agen di akhir tahun 2018. Jumlah agen ini diyakini cukup untuk menyediakan layanan keuangan bagi ratusan juta masyarakat unbanked yang membutuhkannya. PAYFAZZ mengakui Indigo.id banyak membantu mereka dalam berekspansi dengan menghubungkan mereka ke jaringan bisnis Telkom Group.
“Jaringan bisnis ini dapat menjadi mitra strategis PAYFAZZ di masa depan’” terang CEO Hendra Kwik. “Selain itu, Indigo juga memberikan pembekalan yang bermanfaat lewat program mentoring selama masa inkubasi berlangsung. Pembekalan ini sangat membantu PAYFAZZ untuk berkembang menjadi startup yang lebih maju lagi,” pungkasnya.