Kenapa tidak kembali ke motor tahun lalu, seperti diminta Rossi? Galbusera mengatakan, tidak mungkin. Kondisinya sudah terlalu rumit.
”Di mayoritas trek motor 2017 bekerja sangat baik. Di Le Mans lumayan, kemudian di Mugello juga begitu, dan andai Valentino tidak terganggu cedera akibat kecelakaan mengendarai motocross, dia bisa bertarung memperebutkan juara (di Mugello),” Galbusera heran dikutip dari Motorsport Magazine.
“Lalu lima hari kemudian kami tiba di Barcelona dan semuanya berubah menjadi musibah: motornya sama, ban dan gripnya berbeda,” lanjutnya.
Pada uji coba post race di Barcelona Rossi dan rekan setimnya Maverick Vinales menjajal frame baru. Rossi senang dengan feeling yang didapatnya saat itu. Tapi apakah itu jawaban atas keinginnannya saat ini?
Jawabannya akan didapat saat Yamaha menggelar tes privat di Sirkuit Aragon, Rabu lalu. Belum ada kabar tentang hasil tes tersebut. Namun akan segera bisa dilihat ketika balapan berikutnya berlangsung di Assen, Belanda 25 Juni.
Meski Galbusera mengatakan tidak mungkin kembali motor lama, yang saat ini digunakan duo pembalap satelit Yamaha Tech 3 Jonas Folger dan Johann Zarco, para mekanik pabrikan Iwata, Jepang mengatakan “never say never”.
Motor 2016 memang lebih cocok dengan Rossi. Motor itu pula yang membuat Zarco tampil impresif sejauh ini. Pembalap Prancis itu kini bercokol di posisi kelima klasemen pembalap dengan selisih hanya 8 poin di belakang Rossi.
Dalam musim balap yang “normal”, dengan mudah bisa dikatakan peluang Rossi menjadi juara dunia kini sudah pupus. Tapi, tahun ini bukanlah musim MotoGP yang normal.
Satu pekan, ban cocok dengan Yamaha, pekan berikutnya sangat pas dengan Honda, dan minggu yang lain begitu memanjakan Ducati. Bagi Rossi, selalu finis di podium di tiga balapan pembuka, lalu terlempar dari tiga besar di empat seri berikutnya, juga misterius.