Kritik AS dan Sanjung Iran dari Sang Emir Picu Krisis Qatar. Siapa yang Untung?

Ilustrasi peta Qatar. (REUTERS/Thomas White/Illustration)

Ilustrasi peta Qatar. (REUTERS/Thomas White/Illustration)

POJOKBANDUNG.com – Hiruk pikuk blokade terhadap Qatar itu bermula dari unggahan kantor berita Qatar yang memuat komentar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani sekitar dua pekan lalu.

Emir Qatar itu mengkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Iran. Dia juga menyanjung negara Syiah tersebut sebagai kekuatan Islam.

Saudi, Bahrain, Mesir, dan UEA langsung memblokir media-media Qatar, termasuk Al Jazeera. Bahrain, Arab Saudi, Mesir, UEA, Yaman, dan pemerintah Libya wilayah timur juga menuding Qatar telah mendukung terorisme.

Qatar disebut merangkul beberapa kelompok teroris dan sektarian dengan tujuan mengganggu stabilitas regional, termasuk Ikhwanul Muslimin, ISIS, dan Al Qaeda.

Arab Saudi adalah musuh tradisional Iran. Bahrain dan UEA merupakan sekutu utama Saudi. Yaman, dengan dibantu Saudi, sudah bertahun-tahun memerangi pemberontak Syiah.

Ada pun rezim militer yang menguasai Mesir sangat keras terhadap Ikhwanul Muslimin.

Bahrain, Saudi, UEA, Oman, Kuwait, dan Qatar adalah negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Negara-Negara Teluk (GCC).

Para penduduk enam negara tersebut bebas bepergian dan tinggal di sesama anggota GCE. Itu sama dengan kesepakatan bebas visa di Uni Eropa (UE).

Seluruh diplomat Qatar juga diusir. Tenggang yang diberikan untuk hengkang malah lebih pendek, yaitu 48 jam. Diplomat negara-negara itu di Qatar juga ditarik.

Pada 2014, Saudi, Bahrain, dan UEA juga pernah menarik duta besar masing-masing dari Qatar selama beberapa bulan sebagai bentuk protes. Saat itu Qatar dituding terlalu mengintervensi masalah negara-negara tersebut.

loading...

Feeds