“Ada sebagian dari donatur yang tidak hanya memberikan uang tunai, tetapi persedian beras untuk satu bulan, tetapi ini semua belum mencukupi,” kata Umar yang memiliki 120 santri di Pondok Pesantren miliknya.
Kendati masih banyak kekurangan terutama dalam segi pembiayaan. Dirinya mengatakan bahwa ini sebuah jalan mulia ketika membawa umat menerobos tembok kebodohan. Serta meyakini bahwa apapun yang dilakukan atas ridho Allah, rezeki siapapun tidak akan tertukar.
“Satu keyakinan bahwa Allah akan memberi saya kekuatan, maka dari saya selalu mengamalkan Surat Muhammad ayat 7 tentang siapapun yang menolong agama Allah kedudukanmu akan teguh,” paparnya.
Berbeda dengan pola pengajaran di pondok pesantren lain. Dalam hal menambah gairah para santri, dirinya melakukan beberapa pola yang klaim dapat menumbuhkan semangat siswa untuk, salah satunya yaitu tidak hanya guru yang menyuapi santrinya, tetapi santri diwajibkan berlaku seperti guru.
Pola yang berbeda kita adakan tempat belajar secara variasi, di alam bebas dan dikelas, guru hanya sebagai pemandu diskusi tanya jawab, selebihnya santri yang melakukan,”ucapnya.
Sama halnya dengan pondok pesantren lain yang mengharuskan santrinya untuk menghafal Al Qur’an. Selama bulan suci ramadan, seluruh santri diharuskan menghafal Qur’an secara intensif,”Mereka wajib setoran hapalan Qur’an,” ujarya.
Maka dari itu, Umar berharap kepada seluruh yang tersebar dari beberapa wilayah Indonesia, agar mengamalkan seluruh ilmu yang didapatkan dari ponpes ini. Dirinya pun menambahkan bahwa menuju kebaikan butuh tenaga ekstra untuk melakukannya. “Selanjutnya saya akan mendirikan aliyah dan pengen ada sekolah. Karena menuju kebaikan butuh tenaga ekstra,” tandasnya.
(cr1)