”Tapi, Ramadan tahun lalu dia mulai tidak pernah Tarawih di masjid kampung lagi,” ungkapnya.
Setahun lalu itu pula mulai terasa ada perubahan pada sikap WS. ”Saat itu, setahu saya, dia mengaku ikut pengajian di luar. Tapi, saya nggak tahu pengajian apa,” tuturnya.
WS mulai menjadi lebih pendiam dan jarang bergaul. Sejak itu pula istri WS mengenakan cadar.
Dari rumah WS, polisi kembali bergerak menuju Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung. Dengan menggunakan belasan kendaraan yang beriringan, mereka meluncur. Setiba di Jalan Raya M. Toha, polisi masuk ke sebuah gang.
Sekitar 100 meter kemudian, terdapat rumah dengan perahu usang yang teronggok di depannya. Polisi masuk ke rumah itu.
”Ini rumah terduga berinisial AK alias AD ya,” ujar Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombespol Yusri Yunus.
Rindi, tetangga AK yang tinggal tepat bersebelahan, mengaku tidak mengenal dengan baik AK. Yang dia ketahui, AK hanya berjualan karpet. ”Dia suka beli jajanan di warung saya, tapi ngobrol seperlunya saja,” paparnya.
Sepengetahuan dia, AK memiliki satu istri dan satu anak yang berusia sekitar empat tahun. ”Anaknya malah menjadi teman main anak saya. Tapi, saya nggak begitu kenal orang tuanya,” tutur dia.
Beberapa kali Rindi melihat kumpulan semacam kelompok pengajian di rumah AK. Namun, orang-orang yang hadir tidak berasal dari kampung tersebut.
”Orang luar dan sangat pendiam, tidak menyapa saya. Nggak ada urusan lah,” katanya.
Tidak lama kemudian, polisi berpindah lokasi. Ternyata, polisi tidak menemukan istri dan anak AK. ”Kita ke rumahnya yang lain,” ujar Yusri sembari berjalan cepat.