April lalu Iman kembali mendapat kabar adanya kontes karya teknologi bertajuk The World Summit on the Information Society (WSIS Prize) 2017. Penyelenggaranya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tanpa ragu, Iman langsung mendaftarkan karyanya. Total ada 467 inisiatif karya berbasis teknologi dari berbagai penjuru dunia yang ikut.
Karya Iman lolos masuk tahap nominasi. Selain karya Iman, Indonesia diwakili dua karya lainnya. Yakni, sistem informasi pertanian dari PT 8villages, iGrow My Own Food (iGro) dan Internet Sehat (ICT Watch).
’’Saya masuk kategori 12, yaitu penerapan teknologi informasi untuk lingkungan,’’ jelasnya.
Setiap kategori akan dipilih menjadi lima besar. Dia berharap karyanya bisa lolos dan menjadi juara. Rencananya pengumuman pemenang disampaikan pertengahan Juni di markas besar PBB di Jenewa, Swiss.
Sepulang dari Belanda hingga kini, stasiun radio praktis itu belum sempat digunakan di daerah bencana. Sebab, memang belum ada bencana yang berskala besar.
Meski begitu, Iman sempat melakukan uji coba di kawasan Bandung. Hasilnya cukup memuaskan.
Kini Iman bersama teman-temannya berniat memproduksi perangkat itu. Dia masih meriset biaya produksinya agar bisa ditekan. Berdasar pengalamannya membuat stasiun radio lengkap dengan ranselnya, dibutuhkan biaya sekitar Rp 25 juta per unit.
’’Kami berusaha menekan biayanya agar lebih murah,’’ pungkas dia.