Keberadaan kelompok pemuas hasrat seksual ini pernah dibongkar Lee II-Nam, sepupu Kim Jong Un sebelum meninggal. Ia pernah menulis tentang keberadaan pasukan pemuas nafsu dalam memoar “Kim Jong-il Royal Family”.
Lee menceritakan bahwa ada pesta seks dan alkohol yang rutin dilakukan dan berlangsung hingga pukul 03:00 dinihari di istana pemimpin Korea Utara.
Pasukan pemuas nafsu ini pertama kali dibentuk oleh Kim Il Sung, sang pendiri negara Korea Utara, kakek kandung dari Kim Jong Un.
Pada masa kekuasaannya di dekade 70an, setiap tahunnya petugas negara merekrut puluhan wanita cantik berusia remaja di daerah pedesaan untuk dijadikan pembantu, penyanyi, dan penari yang bisa menghibur sang pemimpin.
Perekrutan dilakukan secara paksa. Para gadis-gadis desa diambil saat mereka berada di sekolah. Para orang tua pun tak dapat menolak karena takut dengan ancaman militer.
Para gadis yang sudah direkrut ini kemudian menjalani pelatihan yang disesuaikan dengan tugasnya nanti. Satu persyaratan yang pasti, para gadis-gadis ini semuanya harus masih perawan. Bahkan ada yang direkrut di usia 13 tahun.
Pasukan ini sempat dibubarkan saat Kim Jong Un. Menurut informasi, Kim Jong Un tidak mempercayai siapapun di awal kekuasaannya, sehingga ia memecat banyak orang dan memerintahkan polisi rahasia untuk memeriksa riwayat hidup pejabat-pejabat elitenya, termasuk membubarkan Gippeumjo dan mengirimkan mereka kembali ke rumah masing-masing.
Mereka juga disumpah untuk tidak menceritakan apapun tentang tugas mereka selama melayani tentara Korea Utara. Mereka juga diwajibkan menandatangani perjanjian khusus yang melarang mereka menceritakan rahasia-rahasia negara yang tidak sengaja mereka dengar saat mereka sedang bertugas.