POJOKBANDUNG.com– Kampanye antinarkoba Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuat polisi seenaknya menangkap orang dengan sangkaan penjahat narkoba.
Akibatnya, penjara-penjara di Filipina kian sesak. Sebagian mengaku dipaksa membayar agar bisa bebas.
Fotografer AFP Noel Celis berkesempatan mendatangi penjara penuh sesak itu. Foto-foto yang diambil Celis sangat mencengangkan.
Para tahanan ditumpuk begitu saja bagai barang. Tidak ada ruang sejangkal pun di dalam penjara.
Misalnya, foto diambil di penjara Kota Quezon, Manila, yang berisi 3.800 tahanan. Jumlah penghuni penjara ini terus naik. Jumlah tersebut lima kali lebih banyak dari kapasitas penjara.
Penjara itu penuh dampak dari kacaunya sistem kriminal Filipina. Dan diperburuk dengan kampanye memberantas narkoba yang digaungkan Duterte.
Baca Juga:
Iwan K Ditangkap di Bandara, Diduga Bawa Ganja dalam Bungkus Rokok
Dikisahkan Mario Dimaculangan, salah seorang penghuni penjara yang paling lama, banyak tahanan yan kemudian menjadi gila.
“Mereka tidak bisa berpikir lurus. Sangat padat. Hanya bergerak sedikit dan Anda pasti akan menabrak atau mengenai sesuatu atau seseorang,” katanya.
Sayangnya, kondisi penuh sesak ini juga terjadi di seluru fasilitas penahanan lain di penjara Filipina.
Dikatakan Dr Nymia Pimentel Simbulan, executive director pusat informasi hak asasi manusia Filipina, kondisi penjara sudah sangat tidak layak.
“Di penjara lain tidak beda jauh. Di kota besar atau bahkan pedesaan, penjara penuh sesak,” katanya kepada The Independent.
Kondisi sanitari juga menyedihkan. Satu toilet digunakan untuk lebih dari 130 orang.
“Fasilitas toilet di penjara Filipina bisa dianggap tidak ada atau sangat buruk,” tulis laporan Komisi Hak Asasi Manusia pada 2015.
Lingkungan yang tidak higienes bikin tahanan mudah terserang penyakit seperti TBC, infeksi kulit, dan diare.