Diberitakan di laman Reuters, AS memberi peringatan bahwa kesabarannya sudah habis. Wakil Presiden AS, Mike Pence berada di Korea Selatan pada Ahad lalu dan dijadwalkan mengadakan kunjungan selama 10 hari ke Asia.
Sementara itu, sedikitnya 38 orang militan ISIS tewas setelah militer Amerika Serikat (AS) menghajarnya dengan menjatuhkan ‘’induk segala bom’’ di wilayah Nangarhar, timur Afghanistan Kamis malam WIB.
Pejabat Afghanistan menolak merinci apakah ada dari warga sipil yang menjadi korban ledakan bom terbesar non-nuklir yang pernah digunakan untuk perang itu.
Induk segala bom itu memang sengaja dijatuhkan pada objek yang diyakini sebagai kompleks bawah tanah yang menjadi tempat persembunyian militan ISIS tersebut.
Diyakini, bom non-nuklir paling besar yang pernah dibuat ini, dijatuhkan pada sasarannya dan meluluhlantakkan kompleks milik militan ISIS di Afghanistan.
Pasukan militer AS di Afghanistan dalam sebuah pernyataan mengatakan, bom yang dikenali sebagai GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast itu tepat mengenai sasaran pada kompleks yang terletak di daerah Achin, dalam wilayah Nangarhar.
Serangan maut itu dilancarkan pada pukul 19.32 malam waktu setempat atau sekitar pukul 21.32 Kamis (13/4) malam tadi.
Juru bicara Pentagon Adam Stump mengatakan, ini adalah serangan pertama menggunakan bom jenis ini. Belum dilaporkan berapa korbannya dan seberapa parah kerusakan yang ditimbulkannya.
Senjata maut bergelar ‘’Ibu Segala Bom’’ ini, menurut Pentagon, merupakan persenjataan udara dengan bahan peledak terbesar di dunia, seberat 11 ton. (arab news
(arab news/zar/jpg/ca/pojokbandung)