Teroris Terus Bidik Anggota Polri Sebagai Sasaran

Ilustrasi

Ilustrasi

Kondisi itu tidak sebanding dengan jumlah polisi lalu lintas yang bertugas. Menurut Boy, waspada adalah bekal paling penting bagi mereka. Meski menjadi sasaran teroris, mereka harus tetap bertugas.

Tidak mungkin, sambung Boy, polisi lalu lintas menanggalkan tanggung jawab karena takut. “Kalau tidak mau melayani masyarakat karena takut nggak lucu juga,” tegas mantan kapolda Banten itu.

Apalagi sejak awal sudah ditekankan bahwa menjadi polisi tidak mudah. Banyak resiko yang harus ditanggung setiap polisi. Selain jadi sasaran teroris, banyak resiko lain yang juga harus siap mereka tanggung.

Serangan pos Black Spot Therapy di Tuban adalah aksi teror ke sekian kali yang menyasar polisi. Sebelumnya aksi serupa terjadi di berbagai daerah. Ledakan bom di Jalan M. H. Thamrin, Jakarta awal tahun lalu adalah salah satu contohnya.

Menurut Boy, teroris tidak memilih atau memilah polisi. Mereka menyerang secara acak. ”Mereka muter-muter, dapat polisi, tembak,” kata dia. Tapi, bukan berarti tidak ada rencana dalam serangan tersebut.

Beruntung enam teroris yang beraksi di Tuban masih masuk kategori amatir. Sehingga serangan yang mereka lakukan tidak efektif. Bahkan malah berujung maut. ”Mereka nggak latihan. Buktinya nembak nggak benar,” ucap Boy.

(byu/syn)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …