Kebanyakan di antara mereka datang untuk belajar bahasa Jepang kepada Hiroko. Mereka akan mendatanginya lebih banyak lagi saat mendekati masa-masa ujian bahasa atau Nihongo Noryoku Shiken.
Tidak hanya memberikan ide, para kenshusei didikan Agus juga membantunya, mulai mengecat toko, menata dekorasi toko, sampai mempromosikan kepada orang-orang Indonesia yang datang ke Jepang untuk mampir ke JSS.
Saat kembali ke tanah air, para kenshusei juga membeli suvenir di toko Agus tersebut.
Hanya, diakui Agus, tidak mudah awal-awal ketika dirinya membuka toko itu. Sebenarnya, JSS buka pada Agustus 2013.
Tapi, lantaran persoalan administrasi perizinan yang rumit di Jepang, toko tersebut baru buka Oktober 2013 atau mundur dua bulan.
Kini, setelah tiga tahun berjalan, usaha Agus itu telah berbadan hukum resmi sejak Juni 2016 dengan nama JSS International Co Ltd.
Mengapa Agus bisa menjual barangnya lebih murah daripada di toko lain? Usut punya usut, karena Agus mengambil barang-barang dagangannya dari produsen langsung tanpa melalui distributor seperti kebanyakan toko.
Selain itu, Agus bersedia barter kreativitas dengan produsen suvenir, tempat dia kulakan. Pria yang masih kental logat Sundanya tersebut sering membuatkan desain-desain gambar untuk diproduksi di perusahaan itu.
Di antaranya menjadi gantungan kunci, tempelan kulkas, sampai kakejiku (hiasan dinding dari kain yang bisa digulung).
”Saya tidak minta hak cipta dari desain saya itu. Saya hanya meminta harga khusus,” ungkap Agus. Bagi produsen, cara tersebut bisa menghemat biaya desain.
Tak heran bila Agus berani memasang harga murah. Gantungan kunci, misalnya, dengan bentuk dan bahan yang sama, di toko lain dijual JPY 500 (Rp 58 ribuan) per buah. Tetapi, di JSS harganya hanya JPY 350 (Rp 40 ribu).
Begitu juga kakejiku. Di tempat lain harganya antara JPY 1.200 (Rp 137 ribu) hingga JPY 1.400 (Rp 160 ribu). Sedangkan di JSS harganya bisa separonya.
Dengan harga yang murah itu, toko Agus menjadi jujukan para turis. Terutama dari Indonesia yang merasa familier. Pada musim liburan, toko Agus bisa dikunjungi sekitar 400 orang Indonesia setiap harinya.
Bahkan, kata Agus, sering juga seorang pembeli dari Indonesia memborong suvenir di JJS. Pernah ada yang membelanjakan uangnya hingga JPY 150 ribu atau Rp 17,19 juta.
”Mungkin kulakan atau titipan teman-temannya. Pokoknya, dia borong semua,” cerita Agus.