Prestasi-prestasi yang telah ditorehkan itu mengantar perempuan asal Jember tersebut menjadi mahasiswa kedokteran Unair dengan umur belia, 15 tahun.
Meski tergolong masih usia anak SMA, Cellina tidak sulit beradaptasi dengan lingkungan kampus. Terutama dengan mahasiswa yang memiliki rentang usia 2–3 tahun lebih tua darinya.
Kesulitan justru muncul dari sistem pembelajaran pada awal semester I. Banyak mata kuliah (matkul) yang memiliki kemiripan materi cukup besar dengan pelajaran biologi di SMA.
Hal itu cukup membosankan baginya. Bahkan, kondisi yang tidak nyaman tersebut sempat membuat Cellina berniat mengundurkan diri dari pendidikan kedokteran dan beralih ke jurusan lain.
Kebosanan perlahan hilang saat memasuki semester II. Pembelajaran praktik kedokteran mulai diberikan. Salah satu yang menarik perhatian Cellina adalah matkul anatomi yang memberi kesempatan siswa membedah mayat manusia secara utuh.
Tidak ketakutan ataupun jijik, dia justru menikmati pembelajaran tersebut. Mata kuliah itu membuatnya merasa telah menjadi seorang dokter.
