Dia melihat kondisi serupa terjadi di Jepang dan Singapura. Kalaupun ada pelakunya, mereka cenderung membawa sumber dayanya untuk pindah ke negara pusat startup sejak lama hingga sekarang yakni Amerika Serikat.
Untuk itu, Indigo.id melihat Indonesia relatif masih unggul dari sisi pasokan ide dan penggiat startup di kawasan Asia Tenggara, bahkan benua Asia.
Hanya beberapa negara yang sama aktifnya, khususnya Vietnam, yang mampu mendunia dengan sejumlah game digital.
“Tindak lanjutnya adalah kami berencana segera temui manajemen Telin, agar masukan Indigo sebagai salah satu layanan yang bisa diintroduksi mengingat hubungan baik mereka selama ini. Sehingga perwakilan Telin di mana pun bisa mensosialisasikan keberadaan startup anak bangsa,” sambungnya.
Indigo.id sendiri belum bisa memperkirakan layanan apa yang dibutuhkan dari negara-negara mitra Telin, mengingat karakternya tak bisa dipukul rata.
Yang penting, kata dia, para mitra lebih tahu dulu keberadaan Indigo.id tanpa timnya harus mengunjungi tiap negara satu-satu.
Aliansi global semacam itu sebelumnya dilakukan Indigo.id dengan inkubator sejenis asal Malaysia, MAGIC (Malaysia Global Innovation and Creative Center), pada 30 November 2016 lalu.