Dia menekankan bahwa guna-guna yang dikirim tidak bermaksud membuat si penerima mengalami cedera, namun menghentikan si penerima agar dia tidak mencederai dirinya.
“Ini tidak sama dengan menonjok seorang Nazi secara sihir. Namun, mantera ini merebut tanduk banteng dari tangannya, membanting telepon selulernya agar dia tidak bisa mengirim cuitan, mengikatnya, dan melemparkannya ke ruang bawah tanah yang gelap sehingga dia tidak melukai siapapun,” papar Hughes.
MaryPat Azevedo, yang ambil bagian dalam sebuah ritual di Arizona, memandang ritual yang dia jalani sebagai “doa pemersatu”.
“Penyihir sejati tidak akan pernah mengirim guna-guna siapapun tanpa izin mereka. Doa ini adalah untuk kesejahteraan dan perdamaian semua makhluk hidup,” ujarnya kepada BBC.
Azevedo berharap menyaksikan “perubahan fisik, emosi, dan spiritual Donald Trump dan politik Amerika.”
Para penyihir yang mengguna-guna Donald Trump akan mengulangi ritual mereka setiap bulan berwujud sabit, sampai Trump meninggalkan Gedung Putih. Ritual selanjutnya dijadwalkan berlangsung pada 26 Maret mendatang.
Tenung yang dikirimkan para penyihir jelas tidak membuat gembira pendukung Trump.
Aliansi Nasionalis Kristiani, sebuah kelompok keagaamaan konservatif, menyebut 24 Februari sebagai “hari doa” untuk menangkal santet para penyihir.
Organisasi itu menyebut para penyihir sebagai kaum okultis yang hendak memanggil roh kegelapan untuk melawan Trump.
Untuk melawannya, organisasi tersebut akan mendesak semua orang untuk berdoa setiap kali para penyihir melakukan ritual mereka. Sejauh ini, Trump belum berkomentar seputar persoalan ini.
(BBC/ca/pojokbandung)