POJOKBANDUNG.com – HARI Valentine mungkin terasa menyakitkan bagi yang lajang atawa jomblo. Karena itu, segerombolan pria jomblo di Jepang terang-terangan menolak Valentine’s Day. Mereka menuntut pemerintah melarang warganya berpacaran di tempat umum.
Demonstrasi aneh ini terjadi di Shibuya, Jepang. Para demonstran yang menamakan diri Kakuhido atau Aliansi Revolusioner Pria yang Dianggap Tidak Menarik bagi Perempuan itu berdemonstrasi Minggu (12/2/2017).
Para pria merana itu “iri” karena di hari Valentine tak dapat hadiah dari pasangan mereka. Lebih merana lagi pada 14 Maret diperingati White Day di mana pria yang sudah mendapatkan hadiah tersebut wajib membalas hadiah itu dengan memberikan cokelat putih.
“Orang-orang seperti kami yang tidak mencari nilai cinta sedang ditindas masyarakat. Ini adalah konspirasi dari orang-orang yang berpikir bahwa pria tidak atraktif itu inferior ataupun pecundang,” ujar Takayuki Akimoto, juru bicara Kakuhido.
Untuk mendukung aksinya, anggota Kakuhido membawa spanduk-spanduk berukuran cukup besar. Salah satunya bertulisan Pacaran di Tempat Umum Adalah Terorisme.
Banyaknya pasangan yang bermesraan di depan umum membuat anggota Kakuhido merasa begitu buruk. Tradisi memberikan cokelat juga mengakibatkan orang terus bersaing.
“Kalian dihakimi hanya dari berapa cokelat yang kalian dapatkan. Ini adalah strategi bisnis dari kapitalis cokelat. Ini menggelikan,” tegas pria 33 tahun tersebut.
Kelompok yang dibentuk pada 2006 itu menganggap perayaan Hari Valentine hanyalah bagian dari komersialisme dan kapitalisme. Saat Valentine dan White Day, perputaran uang di Jepang memang cukup tinggi. Negara tersebut cukup pintar membuat tradisi White Day yang berlangsung sejak 1980-an sehingga gerai-gerai cokelat dan hadiah-hadiah terus ramai selama hampir dua bulan.
Kakuhido didirikan Katsuhiro Furusawa. Setelah membaca The Communist Manifesto karya Karl Marx dan Friedrich Engels akibat patah hati karena diputus pacarnya, Furusawa menyimpulkan bahwa menjadi orang yang tidak populer bagi lawan jenis adalah masalah kelas sosial yang harus diperjuangkan. Dari situlah dia mengampanyekan pesan anti-Valentine.
Kampanye kelompok para jomblo itu tentu bertentangan dengan keinginan pemerintah. Yakni, orang-orang usia produktif diharapkan bisa berpasangan dan memiliki anak. Sebab, angka kelahiran di Jepang sangat rendah. Orang-orang terlalu stres dan kecanduan bekerja sehingga tidak terlalu berminat atau bahkan lupa bercinta. (imn/jpnn/pojokbandung)