Semua isi hati Linda pun dicurahkan dalam surat tersebut. Dia menulis. ”Saya harus melihat kesayangan saya menderita selama 22 bulan akibat setan-setan itu. Dia takut kalian akan menemukannya dan menyiksanya kembali. Seorang dari kalian masih mem-bully-nya lewat telepon dan media sosial.
Bahkan, setelah apa yang sudah kalian lakukan kepadanya,” tulis Linda. Ditambahkan Linda, Cassidy menderita mimpi buruk, flash back kejadian itu, insomnia, kecemasan, serangan panik, PTSD, dan gangguan mental yang semakin memburuk.
Cassidy dan Linda memang bertemu dengan detektif dari Victoria Police’s Sexual Offence and Child Abuse Investigation Team (SOCIT) sebanyak 20 kali selama dua tahun. Tetapi, karena Cassidy tidak pernah melayangkan tuntutan formal kepada kepolisian Dandenong, luar Melbourne, Victoria, Australia, maka kasusnya tidak pernah diusut.
”Saya putus asa melihat gadis berharga saya melayu di depan mata, secara mental dan fisik. Dia tidak mau lagi bangun dari tempat tidur. Ujungnya, dia tidak sanggup lagi menanggung rasa sakit dan siksaan yang kalian berikan kepadanya.” ”Apa yang kalian lakukan kepadanya adalah penyebab dia melakukan bunuh diri pada 12 Desember 2015.”
Ditambakan Linda dalam suratnya, ”Saya tahu siapa kalian, kalian tahu siapa kalian, polisi tahu siapa kalian. Saya harap, apa yang kalian lakukan menghantui kalian seumur hidup. Dan, suatu hari nanti, kalau kalian beruntung punya anak sendiri.. ingat apa yang sudah kalian lakukan kepada anak kesayangan saya. Bayangkan bagaimana rasanya jika seseorang melakukan itu kepada anak kalian.” (DAILY MAIL/tia)