POJOKBANDUNG.com, TOKYO – Bagi manula di Jepang, tinggal di penjara lebih terjamin jika dibandingkan dengan di kehidupan bebas. Karena itulah, mereka yang sudah habis masa tahanannya menolak untuk keluar. Imbasnya, kondisi tahanan di Jepang bagai panti jompo.
Pemerintah sampai mengeluarkan anggaran sebesar 58 juta yen atau setara Rp 6,7 miliar untuk menggaji staf perawat. Mereka ditempatkan di sekitar 30 penjara di Jepang per April lalu. Tujuannya adalah merawat para manula di tahanan. Total, ada 70 penjara di Jepang.
”Saya tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan saya jalani jika saya keluar (dari penjara, Red). Begitu keluar, saya akan khawatir dengan kesehatan saya dan finansial,” ujar salah seorang tahanan di Penjara Fuchu, Tokyo. Dia ditahan karena mencuri.
Kehidupan di penjara Jepang sangat monoton. Saat diberi tugas, tahanan dilarang berbicara. Tahanan harus berjalan dalam satu barisan. Kalaupun pihak penjara menghadirkan hiburan, mereka diharuskan duduk tegak dengan tangan di pangkuan. Dilarang bertepuk tangan. Namun, meskipun berada dalam kehidupan yang kaku seperti itu, makanan, selter, dan perawatan medis dijamin negara.
”Setidaknya (di penjara, Red) mereka memiliki atap untuk bernaung dan makanan yang terjamin,” ujar profesor di Fordham University Graduate School of Social Service Tina Maschi. Mereka tidak mengkhawatirkan apa pun di dalam penjara.
Sebanyak 70 persen manula yang keluar dari penjara bakal masuk penjara lagi kurang dari 5 tahun. Para manula tersebut gagal beradaptasi dengan dunia luar yang penuh tekanan. Mereka sulit mendapatkan kerja. Mereka juga diasingkan. Karena itulah, banyak yang akhirnya melakukan kejahatan lagi dan kembali ke penjara.