POJOKBANDUNG.com, BANDUNG – Kawasan Lembang tidak pernah absen dari list para wisatawan yang singgah ke Bandung, bumi parahiyangan ini memiliki magnet pesona di setiap sudut tempatnya. Hawa dingin sangat sempurna ditemani dengan secangkir kopi hangat sambil menikmati hamparan pemandangan gunung yang menawan.
Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) berdiri sebuah cafe atau kedai sederhana yang sangat terkenal sampai ke mancanegara, di dalam kedai (dekat kasir) terpampang tagline kedai kopi yang bertuliskan “Hadiah Indonesia Untuk Dunia”. Kopi Luwak Cikole yang berada di Jalan Nyalindung No. 9, Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di kalangan turis, baik lokal maupun mancanegara.
Kopi luwak adalah jenis kopi yang dibuat dari biji kopi yang diambil dari sisa kotoran (feses) hewan luwak atau musang.
Ketika Radar Bandung berkesempatanmencicipi Kopi Luwak Cikole, disana nampak banyak turis dari berbagai negara yang sedang menikmati kopi luwak, beberapa ada juga yang sedang berfoto-foto langsung dengan sang luwak.
Ya, Kopi Luwak Cikole bukan hanya menyajikan aneka racikan kopi asli luwak saja. Disana juga pengunjung dibekali ilmu bagaimana proses dari mulai beternak luwak hingga pembuatan kopi itu sendiri.
Sugeng Pujiono sang pemilik cafe nampaknya tidak mau sembarangan dalam memproduksi kopinya. Semua luwak yang ia miliki dianggap bak anak kandungnya sendiri, mulai dari perkawinan, kesehatan hingga makanan binatang malam itu dia perhatikan dengan teliti.
Sesekali, Sugeng terjun langsung ke kandang luwak untuk memeriksa kesehatan atau mengambil kotoran mereka.
Produksi biji kopi luwak sama sekali tidak dapat diprediksi jumlahnya karena sangat bergantung pada hewan luwak. Sugeng terus menjaga dan meningkatkan standar produksi serta kualitas kopi luwak yang dihasilkan dengan menerapkan prinsip kesejahteraan luwak.
Perhatian yang besar pada kualitas tiap biji kopi yang dihasilkan membuat produknya tidak hanya dikenal oleh penikmat kopi luwak di dalam negeri namun juga luar negeri. “Kualitas kopi ini tergantung mereka, kalau pemeliharaan luwaknya sembarangan, hasil kopinya juga biasa saja,” terangnya.
Di rumah produksi Kopi Luwak Cikole, terdapat 100 ekor luwak yang ditangkarkan. Mereka menggunakan sistem tangkar-lepas untuk para luwak, agar mereka tidak stres dan bisa kembali ke alam.
“Kami memang open access, kami persilahkan pengunjung melihat langsung proses produksi kami,” kata Sugeng.
Soal rasa tentu tidak usah diragukan lagi. Kopi ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan kopi lainnya karena kopi ini melalui proses fermentasi alami dalam perut luwak.
“Tak hanya itu, karena kemasyhurannya, kopi luwak pun sebagai biji kopi termahal di dunia, saya menjual Rp 3 juta per kilo nya,” urai Sugeng.
Menurut Sugeng yang juga seorang dokter hewan, dibanding jenis kopi lain, kopi luwak merupakan kopi sehat (healty coffee) dan aman dikonsumsi siapa saja. Sama sekali tidak ada efek samping bagi peminumnya. Bahkan penderita mag atau penderita lambung sekalipun tidak perlu khawatir ketika meminum kopi luwak.
“Tidak menimbulkan efek negatif seperti jantung berdebar atau perut kembung serta perih. Kalau kopi luwak asli kandungan kafeinnya tidak akan membuat sulit tidur. Kalau mau tidur, ya tidur aja,” imbuhnya. (peh)