Sebagian besar di antaranya tergeletak tanpa kepala. Di tubuh mayat-mayat itu terlihat luka bekas sabetan benda tajam dan tembakan.
Bukan rahasia lagi bahwa anggota geng narkoba yang mendekam di penjara tetap bisa membawa senjata mereka. Sebelum mengevakuasi 56 mayat dalam kondisi mengenaskan itu, polisi membebaskan 12 penjaga yang disandera sejak Minggu sore.
”Ini pembantaian paling mengerikan yang pernah terjadi di penjara Amazonas,” kata Fontes.
Dia lantas meminta pemerintah pusat turun tangan. Terutama untuk mengatasi masalah keamanan penjara dan kapasitas lembaga pemasyarakatan di Amazonas.
Sebagaimana penjara-penjara pemerintah di negara bagian lain, penjara-penjara di Amazonas kelebihan kapasitas. Sebenarnya, sejak lama aktivis HAM Brasil mengkritisi masalah tersebut.
”Segala masalah di penjara berawal dari kepadatan jumlah narapidana. Hampir semua penjara di Brasil kelebihan kapasitas,” tandas Marcos Fuchs, pengacara sekaligus aktivis HAM Brasil.
Masalah itu bakal kian parah jika ada narapidana dari dua geng narkoba yang saling bermusuhan di dalam satu penjara. ”Jika Anda menjebloskan dua narapidana dari dua geng yang saling bermusuhan, Anda tidak akan pernah bisa mengontrol apa saja yang mereka lakukan di dalam sana,” ungkapnya.
Maka, masalah seperti perkelahian hingga pembunuhan akan bermunculan. “Kami akan bekerja cepat untuk mengidentifikasi dan kemudian memindahkan ketua-ketua geng di penjara padat penghuni itu ke penjara federal,” tegas Menteri Kehakiman Alexandre de Moraes dalam jumpa pers.
(AFP/Reuters/BBC/jpnn/ca/pojokbandung)