POJOKBANDUNG.com, JAKARTA – Pembunuhan sadis di Pulomas, Jakarta Timur, yang menyebabkan 6 tewas dan 5 orang kritis, hingga saat ini masih menjadi misteri.
Kalau pun kasus ini dikaitkan dengan perampokan, yang menjadi pertanyataan, kenapa para pelaku tidak mengambil satu pun barang berharga di rumah korban?
Sejumlah spekulasi pun mulai bermunculan dan terus didalami oleh penyidik kepolisian.
Beberapa di antaranya yakni dugaan motif persaingan bisnis dan persaingan antar istri Dodi Triono yang diketahui memiliki tiga istri.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Argo Yuwono menyatakan, setelah kejadian, rumah korban tetap dalam keadaan rapi. Pelaku juga tidak mengambil barang berharga.
“Tapi, ini belum dipastikan ya,” katanya dalam jumpa pers tadi malam.
“Kami cenderung motifnya sesuatu yang tersembunyi. Entah itu ada dokumen berharga yang jadi rebutan atau dendam. Bukan perampokan murni,” ucapnya.
Sebab, jika perampokan murni, pasti TKP akan acak-acakan. “Pintu lemari yang dibuka paksa atau rumah acak-acakan. Seperti itulah. Namun, TKP sangat rapi,” imbuhnya.
Spekulasi ke arah persaingan bisnis makin kuat setelah salah seorang kerabat korban bernama Dewi menyatakan bahwa motifnya adalah soal tender proyek.
Dodi Triono (59), baru saja menang tender besar. Yakni, rehabilitasi fasilitas olahraga untuk event Asian Games, termasuk Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.
Argo menyatakan, pihaknya belum bisa memastikan motif pembunuhan. “Entah itu soal rival kontraktor dalam perebutan tender ataupun istri-istri korban. Semuanya belum kami periksa,” ucap mantan Kabidhumas Polda Jatim tersebut.
Argo meyakinkan bahwa penyidik selalu melangkah berdasar fakta-fakta yang ada di TKP. “Kami tak ingin berandai-andai. Apalagi, korban yang selamat juga mengaku telah melihat wajah sejumlah pelaku,” terangnya.
Prioritas saat ini adalah menyembuhkan dan menjaga betul saksi-saksi kunci kasus tersebut.
Sebuah sumber juga meyakini bahwa kasus itu bukan pembunuhan murni. Sebab, cara membunuhnya terlalu rumit dan berisiko korban bisa menyelamatkan diri.
“Jika Anda adalah pembunuh bayaran, tentu Anda tidak akan membunuhnya dengan cara menjejalkan sebelas orang ke dalam kamar mandi kecil lalu ditinggal begitu saja,” paparnya.
Kecuali, lanjut dia, bila kemudian dikasih gas beracun, sehingga semua korban tewas. “Kami tak menemukan jejak gas beracun. Jadi, jika ditinggal begitu saja, ada kemungkinan korban bisa mendobrak pintu atau ada orang yang masuk lalu menyelamatkannya,” tambahnya.
Direktur Eksekutif Disaster Victim Investigation (DVI) Mabes Polri Kombespol Anton Castilani menyebutkan, dugaan sementara penyebab utama kematian adalah karena kehabisan oksigen.
“Melihat deskripsinya, ada sebelas orang dalam ruangan yang begitu kecil tanpa ventilasi, tentu kapasitas oksigen terbatas. Ditambah dengan panik dan ada pergerakan untuk menjebol atap, maka persediaan oksigen cepat habis,” tambahnya.
(sam/c17/nw/pojoksatu)