POJOKBANDUNG.com, PERSIB – Pertemuan dua tim perserikatan antara Persib Bandung dan Persija Jakarta selalu menyedot animo yang tinggi dari masyarakat. Bahkan jauh sebelum laga dimulai psy war selalu dihadirkan oleh dua suporter baik bobotoh atau pun The Jakmania.
Beda pendapat sering terlontar dari pendukung fanatik dua tim itu. Hal itu sering terlihat diberbagai akun media sosil seperti Twitter, Facebook, Instagram dan lainnya.
Dari perseteruan kedua kubu suporter munculah istilah pertandingan el clasico Indonesia antara Maung Bandung kontra Macan Kemayoran.
Namun bagi mantan gelandang Persib era 90-an Yudhi Guntara pertandingan dua tim tersebut belum layak disebut sebagai laga klasik.
Menurut penuturannya saat dihubungi Radar Bandung, yang layak disebut duel klasik di Indonesia itu antara Persib Bandung melawan PSMS Medan.
“Kalau saya itu, kalau klasik itu Persib PSMS itu kelas satunya. Kalau Persija itu kelas duanya,” tutur Yudi, Jumat (4/11).
Legenda Persib yang identik dengan nomor punggung 5 ini menilai rivalitas melawan tim asal Jakarta itu biasa saja. Tidak seistimewa pada saat melawan PSMS Medan.
Dalam ingatannya, ketika melawan Persija pada babak semifinal era perserikatan tahun 1993/1994, pertandingan berlangsung biasa saja. Tidak seperti melawan PSMS yang pada partai puncak memecahkan rekor penonton terbanyak.
“Lawan Persija dulu biasa aja tidak panas, kita ketemu di semifinal biasa aja. Tapi lawan PSMS, Persib selalu berpikir dua kali, selalu tegang,”
“Sampa dua kali final di Senayan adu penalti dua kali, sampai disaksikan ratusan ribu penonton. Itu yang disebut klasik,” kenangnya.
Namun pemain yang pernah ikut mengantarkan Persib menjuarai liga Indonesia pertama ini mengakui jika laga melawan Persija untuk sekarang ini ‘panas. Terlebih karena pesaing dari dulu PSMS Medan tidak ada dalam liga kasta tertinggi di Indonesia.
“Memang karena perserikatan disitu ada Persija, Persebaya, PSM ujung pandang, PSMS. Yang boleh dikatakan Persib klasik banget lawan PSMS. Tapi karena mungkin PSMS tidak muncul dan yang masih bertahan Persija ditambah rivalitas antar suporter yang membara, itu yang bikin panas,” pungkasnya. (pra)