POJOKBANDUNG.com, PERSIB – Masih ingatkah pada tanggal 18 Oktober tahun 2015 lalu? Tepat tanggal tersebut skuat Persib Bandung berhasil memenangi pertandingan melawan Sriwijaya FC pada Final Presiden.
Menjadi juara pada ajang merupakan catatan emas Maung Bandung dan persepakbolaan di Indonesia. Sebab pada tahun lalu sepakbola Indonesia berada pada masa suram. Sebab federasi sepakbola Indonesia Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dibekukan oleh FIFA.
Dengan dibekukannya kegiatan PSSI oleh FIFA praktis tidak bisa menggelar liga dan kegiatan lainnya yang digelar oleh PSSI yang kala itu dijabat dikomandoi oleh La Nyalla Mataliti.
Agar sepakbola Indonesia bergairah, sejumlah pengusaha dan pencinta sepakbola menggagas turnamen yakni Piala Presiden. Turnamen yang digelar pada pertengahan September tahun lalu itu diikuti oleh 12 tim. Dimana 10 tim Indonesia Super League (ISL) dan dua dari tim Divisi utama.
Menjadi juara Piala Presiden menjadi salah satu momen yang tidak dapat dilupakan oleh bek Persib Tony Sucipto. Baginya, torehan tersebut menjadi catatan sendiri bagi sejarah karirnya.
“Momen yang tidak dilupakan tahun 2016 ya menjadi juara Piala Presiden,” kata Tony di Mess Persib, Rabu (19/8).
Setelah bereuforia dengan Piala Presiden, Persib pun mengikuti beberapa turnamen yang memang digelar untuk mengisi kekosongan kompetisi di Indonesia. Namun dari beberapa turnamen yang diikuti, tim kebanggaan bobotoh ini hanya jadi penghias turnamen.
Dimana dalam Piala Jendral Sudirman, dan Bali Island Cup dan Piala Bhayangkara, Tony Sucipto cs hanya mampu menduduki juara dua turnamen Piala Bhayangkara setelah kalah dari Arema Cronus 0-2.
Dalam perjalanan satu tahun kebelakang, bongkar pasang formasi dalam tim memang dilakukan Persib Bandung. Dimana pergantian dari pemain dan pelatih dilakukan manajemen untuk mengangkat prestasi Persib.
Tony menilai setelah satu tahun paska pembekuan itu dijadikannya pembelajaran. Dirinya mendapatkan pelajaran berharga yaitu menjadi kampiun tidak akan instan.
“Pastinya kita perjalanan setahun kebelakang satu tahun pembelajaran. Kalau tim banyak dirombak belum tentu bisa berprestasi,” tuturnya.
Dirinya mencontohkan pada saat Persib meraih juara ISL pada tahun 2014 lalu. Persiapan timnya dilakukan selama tiga tahun dengan komposisi pemain yang tidak banyak berubah.
“Dan waktu itu kita bisa jadi juara dengan jangka waktu tiga tahun untuk juara. Kita membutuhkan proses, dan lagi ini adalah sebuah tim bukan individu. Harus satu tujuan, menyatukan satu tujuan itu kan susah,” tandasnya. (pra)