Penargetan Hasil Panen Gabah di Soreang Naik

Petani sedang mengeringkan gabah hasil panen.

Petani sedang mengeringkan gabah hasil panen.

POJOKBANDUNG.com, SOREANG – Produksi Gabah kering Giling (GKG) Kabupaten Bandung diyakini akan meningkat tahun ini.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, tahun ini produksi GKG ditargetkan sebanyak 546.889 ton. Dengan adanya perubahan iklim, produksi GKG Kabupaten Bandung diyakini akan melampaui target.
“Produksi padi akan meningkat karena kebutuhan air menjadi terpenuhi,” tutur Tisna, Senin (22/8/2016).

Dia menjelaskan, La Nina tahun ini datang di saat musim kemarau sehingga walaupun sudah masuk musim kemarau namun masih terjadi hujan.
“La Nina membuat para petani dapat menanam padi sepanjang tahun karena hujan akan tetap turun pada musim kemarau. Artinya, sawah dapat dipanen tiga kali selama tahun ini. Angka produksi pun akan meningkat,” katanya.

Pada 2015, sebutnya, realisasi produksi padi di Kabupaten Bandung mencapai 535.475 ton GKG. Padahal tahun lalu terjadi kemarau berkepanjangan akibat adanya fenomena El Nino. “Saat itu, cukup banyak sawah yang mengalami puso,” sebutnya.

Dia mengatakan, sejak Januari sampai Juli 2016, tercatat 365.808 ton GKG telah dihasilkan Kabupaten Bandung. Kecamatan yang menjadi produsen padi terbesar di antaranya Rancaekek, Ciparay, Majalaya, Solokanjeruk, Bojongsoang, dan Soreang.

Dengan meningkatkan produksi, maka Tisna meyakini ketersediaan pangan akan tercukupi.
“Untuk pangan, Kabupaten Bandung selalu surplus. Bahkan untuk saat ini bisa memenuhi kebutuhan sebagian wilayah Jawa Barat,” ujarnya.

Namun hal yang harus menjadi perhatian adalah masalah harga. Pada kebiasaannya ketika ketersediaan barang melimpah, harga akan mengalami penurunan. Pemerintah sendiri, telah mempunyai program pembelian GKB melalui bulog, namun kata Tisna, harganya masih lebih rendah dibandingkan dengan harga pasaran Kabupaten Bandung.
“Sayangnya harga pembelian beras dari pemerintah sangat rendah, yakni Rp 3.700 per kilogram, sedangkan pasarannya Rp 4.300 sampai Rp 5.000 per kilogram,” katanya.

Tisna melanjutkan, intensitas hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjangkitnya tanaman oleh hama atau cendawan. Soal itu pihaknya menggencarkan pemberantasan hama dan cendawan untuk mencegah penurunan angka produksi.
“Makanya yang terpenting adalah komunikasi dengan petugas lapangan. Petani diminta aktif segera mengontak kami jika ada gangguan hama atau apapun. Sehingga dapat langsung diatasi masalahnya dan produktivitas tak akan terganggu,” tandasnya. (mld)

loading...

Feeds

POJOKBANDUNG.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mengumumkan kerja samanya dengan Universitas Pasundan (Unpas) melalui penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum …